|
||
UNIVERSITAS
INDONESIA
ANALISA PATRICIA BENNER’S CARING, CLINICAL WISDOM, AND ETHICS IN
NURSING DAN MODELING AND
ROLE-MODELING BY HELEN C.ERICKSON, EVELYN M.TOMLIN, AND MARY P.SWAIN
SEBAGAI PENDEKATAN APLIKATIF DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Sains Keperawatan
Oleh :
KELOMPOK
3 (KMB)
I GEDE
NYOMAN ARDI SUPARTHA
|
1406522986
|
ARIE
JEFRY KA’ARAYENO
|
1406522670
|
MEGAWATI
SIBULO
|
1406523124
|
DYAH
UNTARI
|
1406522784
|
HASMI
|
1406597066
|
MURNI
SARI DEWI SIMANULLANG
|
1406597204
|
FAKULTAS ILMU
KEPERAWATAN
PROGRAM MAGISTER ILMU KEPERAWATAN
PEMINATAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
UNIVERSITAS INDONESIA
OKTOBER 2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur
Kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya,
Kami dapat menyelesaikan makalah dengan
judul “Analisa Patricia Benner’s Caring, Clinical Wisdom, and Ethics In Nursing dan Modeling And Role-Modeling by Helen C.Erickson, Evelyn M.Tomlin, and Mary P.Swain Sebagai Pendekatan
Aplikatif Dalam Praktik Keperawatan”. Makalah
ini dibuat untuk memenuhi penugasan mata ajar
Sains Keperawatan Program Pascasarjana Keperawatan peminatan Keperawatan
Medikal Bedah.
Kami menyadari
bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah sulit bagi
Kami untuk menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu, Kami mengucapkan terim akasih
kepada pihak yang telah membantu penyelesaian makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat dalam
proses pembelajaran.
Depok,
Oktober 2014
Penyusun,
Kelompok 3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................... i
KATA
PENGANTAR ............................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..........................................................................
1.2 Tujuan Penulisan .......................................................................
1.3 Sistematika Penulisan ...............................................................
BAB II KONSEP TEORITIS
2.1 Konsep
Teori Patricia Benner (Philosophy)..............................
2.1.1 Biografi Patricia Benner..................................................
2.1.2 Sumber Filosofi Keperawatan Patricia
Benner................
2.1.3 Konsep Utama Caring, Clinical Wisdom, and Ethics
in Nursing Practice
2.1.4 Asumsi Utama ................................................................
2.1.5 Penerimaan dalam Komunitas
Keperawatan ..................
2.2 Konsep
Mid-Range Teori Helen C.Erickson,
Evelyn M.Tomlin, Mary Ann P.Swain....................................
2.2.1 Konsep Utama Modeling dan Role Modeling ...............
2.2.2 Sumber Teoritis Modeling dan Role
Modeling...............
2.2.3 Konsep Utama Teori .......................................................
2.2.3.1 Keperawatan ....................................................
2.2.3.2
Nurturance .......................................................
2.2.3.3
Unconditional
Acceptance (Penerimaan
Tanpa
Syarat)....................................................
2.2.2.4 Manusia ..............................................................
2.2.2.5 Bagaimana Individu Sama..................................
2.2.2.6 Bagaimana Individu Berbeda ............................
2.2.4 Penggunaan Bukti Empiris..............................................
2.2.5 Asumsi Utama ................................................................
2.2.5.1 Keperawatan ................................................................
2.2.5.2 Manusia .......................................................................
2.2.5.3 Kesehatan ....................................................................
2.2.5.4 Lingkungan ..................................................................
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Analisa
Teori Patricia
Benner dan Penerapannya dalam
Proses
Keperawatan ................................................................
3.2 Analisa
Teori Modeling and Role
Modeling Helen C.Erickson,
Evelyn
M.Tomlin, Mary Ann P.Swain dan Penerapannya
dalam
Proses Keperawatan.......................................................
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan................................................................................
4.2 Penutup......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keperawatan
sebagai profesi terus-menerus mengalami perkembangan, memiliki paradigma yang
merupakan kerangka acuan atau dasar pemikiran dari teori keperawatan.
Keperawatan dalam paradigmanya memandang empat komponen utama yaitu manusia,
perawat, kesehatan, dan lingkungan, sehingga dalam pengembangan teori-teori
keperawatan selalu berpedoman pada empat komponen ini. Telah banyak pakar yang
mengemukakan teori-teori yang mendukung dalam pengembangan ilmu pengetahuan.
Model/teori keperawatan memberikan
kerangka kerja yang luas untuk saling mengaitkan berbagai aspek situasi
kesehatan yang kompleks. Karena klien individual, keluarga dan komunitas
masing-masing mempunyai masalah kesehatan yang unik, maka perawat harus memilih
model/teori keperawatan yang paling sesuai dengan situasi kesehatan klien.
Setiap model/teori keperawatan didasarkan pada asumsi yang berbeda dan
mempunyai perspektif yang unik tentang konsep klien, keperawatan, kesehatan,
dan lingkungan serta interaksinya.
Model
dan teori keperawatan seperti teori
keperawatan filosofi From Novice to
Expert diperkenalkan oleh Patricia Benner diadaptasi dari “Model Dreyfus”
yang dikemukakan oleh Hubert Dreyfus dan Stuart Dreyfus. Teori ini menjelaskan
5 tingkat/tahap akusisi peran dan perkembangan profesi. Selain itu, salah satu
teori pada Grand theory , yaitu Modeling dan Role Modeling (MRM) yang
dikembangkan oleh Helen C.Erickson, Evelyn M.Tomlin, Mary Ann P.Swain. Role
modeling didasarkan pada asumsi bahwa semua manusia ingin berinteraksi dengan
orang lain, mereka ingin memainkan peran yang telah ditentukan oleh masyarakat.
Role modeling menggunakan klien-model-klien secara umum untuk merencanakan
intervensi yang sesuai dengan kebutuhan, pertumbuhan, perkembangan, dan
penyembuhan klien. Konsep utama MRM berhubungan dengan pemikiran dasar dan
kepercayaan filosofis yang berkenaan dengan kemiripan manusia, perbedaan
manusia satu sama lain, dan apa yang harus dilakukan perawat.
Dalam
makalah ini kelompok berusaha untuk menyajikan analisa Patricia Benner dengan
model Caring, Clinical Wisdom, and Ethics
in Nursing Practice dan Model and Role Modeling oleh Helen
C.Erickson, Evelyn M.Tomlin, dan Mary Ann P.Swain.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Dengan penyelesaian makalah ini Kelompok dapat memahami
dan menganalisa model Caring, Clinical
Wisdom, and Ethics in Nursing Practice
oleh Patricia Benner dan Model and Role
Modeling oleh Helen C.Erickson, Evelyn M.Tomlin, dan Mary Ann P.Swain dalam
praktik proses keperawatan.
1.2.2 Tujuan Khusus
Setelah menyelesaikan
makalah ini diharapkan :
a. Mampu memahami dan menjelaskan model Caring, Clinical Wisdom, and Ethics in
Nursing Practice oleh Patricia
Benner dan Model and Role Modeling
oleh Helen C.Erickson, Evelyn M.Tomlin, dan Mary Ann P.Swain dalam praktik
proses keperawatan.
b. Mampu
menganalisa model Caring, Clinical
Wisdom, and Ethics in Nursing Practice
oleh Patricia Benner dan Model and Role
Modeling oleh Helen C.Erickson, Evelyn M.Tomlin, dan Mary Ann P.Swain dalam
praktik proses keperawatan.
1.3 Sistematika Penulisan
Sistematika
penulisan makalah ini adalah:
BAB I
|
:
|
Pendahuluan
meliputi Latar belakang, Tujuan, dan Sistematika penulisan
|
BAB II
|
:
|
Tinjauan Konsep studi kepustakaan
meliputi model Caring, Clinical Wisdom,
and Ethics in Nursing Practice
oleh Patricia Benner dan Model and Role
Modeling oleh Helen C.Erickson, Evelyn M.Tomlin, dan Mary Ann P.Swain
dalam praktik proses keperawatan.
|
BAB III
|
:
|
Pembahasan model Caring, Clinical Wisdom, and Ethics in Nursing Practice oleh Patricia Benner dan Model and Role Modeling oleh Helen
C.Erickson, Evelyn M.Tomlin, dan Mary Ann P.Swain dalam proses keperawatan
sebagai pendekatan dalam asuhan keperawatan.
|
BAB IV
|
:
|
Penutup
meliputi kesimpulan dan saran
|
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Konsep Teori Patricia Benner (Philosophy)
Berikut akan
dijabarkan mengenai konsep dan teori Patricia Banner yang dimulai dari
biografi, sumber filosofi, dan seterusnya.
2.1.1 Biografi Patricia Benner
Patricia Benner lahir di Hampton,
pada tahun 1942. Beliau memperoleh gelar
sarjana keperawatan dari Pasadena College pada tahun 1964, kemudian pada tahun
1970 Benner mendapat gelar Master in Nursing dari University of California San
Fransisco (UCSF). Benner diterima di University of California berfokus pada stress
dan mengatasi kesehatan (Alligood & Tomey, 2014).
Dalam
keperawatan karya Benner telah digunakan untuk menentukan pengujian inovasi dan
perubahan praktik keperawatan. Sebagai contoh Filosofi Benner dipakai untuk
menguji ancaman terhadap kelangsungan keperawatan kepada individu yang kritis
(Walsh, 1997), sementara itu Alcock (1996) menggunakan karya Benner untuk
mempelajari praktik keperawatan tingkat lanjut dari sudut pandang administratif.
Hal serupa dilakukan oleh Dunn (1997) yang menggunakan karya Benner untuk
menguji praktik keperawatan lanjut di literatur keperawatan. (Alligood &
Tomey, 2014).
Benner
menggunakan teori keperawatan. berdasarkan pemikiran fenomenologi Heidegger, di
mana kekuatan utama merawat adalah sebagai fondasi dasar bagi semua kehidupan
manusia dan menyusun sebagai sebuah profesi. Benner juga mengeluarkan sebuah
teori yang disebut Teori “From Novice to
Expert” yang artinya jenjang atau tahapan dalam sebuah profesi (Alligood
& Tomey, 2014).
2.1.2 Sumber Filosofi Keperawatan Patricia Benner
“The nurse-patient relationship is
not a uniform, professionalized blueprint but rather a kaleidoscope of intimacy
and distance in some of the most dramatic, poignant, and mundane moments of
life.”
(Benner, 1984)
Benner mengakui bahwa keperawatan sangat dipengaruhi oleh Virginia Henderson. Benner
mempelajari tentang praktik klinik keperawatan. Ia mencoba menemukan dan
menggambarkan bahwa ilmu pengetahuan digabungkan dalam praktik keperawatan.
Benner berpendapat bahwa ilmu pengetahuan timbul dari waktu ke waktu dalam
disiplin praktik dan dikembangkan melalui pembelajaran eksperimen dan situasi
berfikir dan refleksi praktik dalam situasi tertentu (Alligood
& Tomey, 2014).
Karya dari
Benner ini lebih merujuk kepada artikulasi, artinya sebagai
deskripsi/melukiskan, ilustrasi/menggambarkan dan mengkomunikasikan pada area –
area kebijakan praktis, keterampilan tentang tahu dan bagaimana serta
menjelaskan praktik yang baik dan (Alligood & Tomey,
2014).
Salah satu
filosofi pertama Benner menjelaskan bahwa ada perbedaan antara praktik dan ilmu
teori. Dia berpendapat bahwa ilmu pengetahuan dibangun di dalam disiplin praktik
“Ilmu praktik mengacu pada mengetahui dan bagaimana melalui teori berdasarkan penemuan ilmiah”.
2.1.3
Konsep Utama Caring, Clinical Wisdom, and Ethics in Nursing Practice
2.1.3.1 Skill
Acquisition in Nursing
Alligood
& Tomey (2014) menjelaskan teori “From Novice To Expert” yang
dikembangkan oleh Patricia Benner diadaptasi dari “Model Dreyfus” yang dikemukakan
oleh Hubert Dreyfus dan Stuart Dreyfus. Teori From Novice to Expert menjelaskan 5 tingkat/tahap akuisisi peran
dan perkembangan profesi meliputi: (1)
Novice, (2) Advance Beginner, (3) Competent, (4) Proficient, dan (5) Expert.
Penjelasan dari ke lima tingkatan tersebut adalah sebagai berikut:
1) Novice (Pemula)
Tingkat Novice pada akuisisi
peran pada Dreyfus Model, adalah seseorang tanpa latar belakang pengalaman pada
situasinya. Perintah yang jelas dan atribut yang obyektif harus diberikan untuk
memandu penampilannya. Di sini sulit untuk melihat
situasi yang relevan dan irrelevan. Secara umum level ini diaplikasikan untuk
mahasiswa keperawatan, tetapi Benner bisa mengklasifikasikan perawat pada level
yang lebih tinggi ke novice jika
ditempatkan pada area atau situasi yang tidak familiar dengannya.
2) Advanced Beginner
Advance
Beginner dalam Model Dreyfus adalah
ketika seseorang menunjukkan penampilan mengatasi masalah yang dapat diterima
pada situasi nyata. Advance beginner
mempunyai pengalaman yang cukup untuk memegang suatu situasi. Kecuali atribut
dan ciri-ciri, aspek tidak dapat dilihat secara lengkap karena membutuhkan
pengalaman yang didasarkan pada pengakuan dalam konteks situasi.
Fungsi perawat pada situasi ini dipandu dengan aturan dan orientasi pada
penyelesaian tugas. Mereka akan kesulitan memegang pasien tertentu pada situasi
yang memerlukan perspektif lebih luas.
Situasi klinis ditunjukkan oleh perawat pada level advance beginner sebagai ujian terhadap kemampuannya dan permintaan
terhadap situasi pada pasien yang membutuhkan dan responnya. Advance beginner
mempunyai responsibilitas yang lebih besar untuk melakukan manajemen asuhan
pada pasien, sebelumnya mereka mempunyai lebih banyak pengalaman. Benner
menempatkan perawat yang baru lulus pada tahap ini.
3) Competent
Menyelesaikan pembelajaran dari situasi praktik aktual dengan mengikuti
kegiatan yang lain, advance beginner
akan menjadi competent. Tahap competent dari model Dreyfus
ditandai dengan kemampuan mempertimbangkan dan membuat perencanaan yang diperlukan untuk suatu situasi dan sudah dapat dilepaskan.
Konsisten, kemampuan memprediksi, dan manajemen waktu adalah penampilan
pada tahap competent. Perawat competent dapat menunjukkan
reponsibilitas yang lebih pada respon pasien, lebih realistik dan dapat
menampilkan kemampuan kritis pada dirinya.
Tingkat competent adalah
tingkatan yang penting dalam pembelajaran klinis, karena pengajar harus
mengembangkan pola terhadap elemen atau situasi yang memerlukan perhatian yang
dapat diabaikan. Competent harus
mengetahui alasan dalam pembuatan perencanaan dan prosedur pada situasi klinis.
Untuk dapat menjadi pandai, competent harus mampu merespon situasi.
Poin pembelajaran yang penting dari belajar mengajar aktif pada tingkatan competent adalah untuk melatih perawat
membuat transisi dari competent ke proficient.
4) Proficient
Perawat pada tahap ini menunjukkan kemampuan baru untuk melihat perubahan
yang relevan pada situasi, meliputi pengakuan dan mengimplementasikan respon
keterampilan dari situasi yang dikembangkan. Mereka akan mendemonstrasikan peningkatan percaya diri pada pengetahuan dan
keterampilannya. Pada tingkatan ini mereka banyak terlibat dengan keluarga dan
pasien.
5) Expert
Benner menjelaskan pada tingkatan ini perawat expert mempunyai pegangan intuitif dari situasi yang terjadi sehingga mampu mengidentifikasi area dari
masalah tanpa kehilangan pertimbangan waktu untuk membuat diagnosa alternatif
dan penyelesaian.
Perubahan kualitatif pada pada expert adalah “mengetahui pasien” yang
berarti mengetahui tipe pola respon dan mengetahui pasien sebagai manusia.
Aspek kunci pada perawat expert adalah:
a)
Menunjukkan
pegangan klinis dan sumber praktis
b)
Mewujudkan
proses know-how
c)
Melihat
gambaran yang luas
d)
Melihat yang
tidak diharapkan
Patricia Benner dan Wrubel
mengembangkan model akuisisi keterampilan termasuk di dalamnya adalah konsep
caring dalam praktik keperawatan. Benner dan Wrubel mendefenisikan dan
menjelaskan konsep caring, perawat, manusia, kesehatan, stress koping dan lingkungan yang diterbitkan pada
tahun 1989 dalam bukunya the primacy of
caring: stress and coping in health and illness, dan menggunakan contoh
interaksi perawat – pasien untuk menggambarkn tentang proses dan konsep.
2.1.4 Asumsi Utama
a.
Keperawatan
Keperawatan didefinisikan sebagai hubungan yang
didasarkan pada caring dalam berbagai situasi dan kondisi yang memungkinkan dan
menjadi perhatian. Ilmu keperawatan
sebagai panduan melalui seni dan etik dari pelayanan dan tanggung jawab.
Perawat mempromosikan penyembuhan melalui pelayanan kepada pasien dalam
mempertahankan hubungan manusia. Hal ini merupakan hubungan manusia dimana orang dapat memberikan
pengobatan pada saat sakit, hubungan antara sehat dan sakit serta penyakit yang
mengacu kepada pandangan Benner dan
Wrubel dalam praktik keperawatan (Benner & Wrubel, 1989 dalam Sitzman
& Eichelberger 2011).
Sitzman
& Eichelberger (2011) menjelaskan caring didefenisikan sebagai sesuatu yang
berhubungan dan memiliki masalah dengan menyatukan pikiran, perasaan dan
tindakan, caring mengatur apa yang paling penting bagi seseorang/manusia. Oleh
karena itu, menyelesaikan stress dan bagaimana seseorang bisa mengatasinya.
Benner dan Wrubel (1989) menyatakan bahwa caring timbul dari keterkaitan dan
memiliki beberapa hal yang lebih penting dari yang lain.”tanpa caring seseorang akan menjadi
memprihatinkan”.
Karakteristik
sikap yang berhubungan dengan caring
adalah empati, dukungan, ingin menghibur orang lain dan pengasuhan. Ketika
seorang perawat memberikan pelayanan kepada klien, dimana pelayanan itu menimbulkan
stress/masalah, maka yang perlu dilakukan adalah pengkajian emosional dan proses keterlibatan.
Keterlibatan dengan klien membuat perawat dapat mendiagnosis suatu masalah dan
mengidentifikasi solusi dan menciptakan lingkungan yang terpercaya.
Caring
adalah hal yang penting menurut Benner dan Wrubel karena dapat menciptakan lingkungan dimana perawat
dapat memberikan asuhan kepada klien.
Caring
penting karena:
·
Menciptakan
apa yang akan terjadi, apa yang menjadi masalah dan apa pilihan yang tepat untuk mengatasi.
·
Menciptakan
lingkungan yang memungkinkan, apa yang berhubungan dan apa yang menjadi tujuan
·
Menciptakan
hal yang mungkin saat memberi dan mendapatkan bantuan.
b.
Manusia
Interpretasi Benner dan
Wrubel tentang manusia didasarkan
pada eksistensi filosofi dan kesatuan atau keutuhan manusia. Sehingga Benner
mendeskripsikan manusia sebagai mahluk yang menginterpretasikan diri, yaitu
manusia tidak muncul dengan sendirinya ke alam dunia yang telah ditetapkan
tetapi melalui proses perjalanan hidup. Manusia dipandang sebagai sesuatu yang
kreatif, mahluk generatif yang hidup di
dalam sebuah konteks dan mampu bertindak dan memiliki pemahaman komprehensif. Menurut Benner dan Wrubel
karakterikstik manusia yaitu sebagai sosok yang harus berhadapan dengan
situasi, tubuh, masalah perorangan dan peristiwa yang bersifat sementara (Benner & Wrubel, 1989 dalam Sitzman
& Eichelberger 2011).
c.
Kesehatan
Benner dan Wrubel menggunakan definisi kesehatan dari Kleinman,
Elsenberg, dan Good yang menyatakan
bahwa kesehatan adalah tidak adanya penyakit yang digambarkan sebagai
pengalaman kehilangan atau gangguan fungsi tetapi juga penyakit merupakan wujud
dari kelainan pada sel, jaringan, atau organ. Semua pengobatan penyakit selama
sakit harus masuk akal dalam konteks pengalaman hidup manusia. (Benner &
Wrubel, 1989 dalam Sitzman & Eichelberger 2011).
d.
Situasi
Benner lebih mengarah ke situasi atau lebih mengutamakan
situasi daripada konsep lingkungan dalam bekerja. Benner memilih situasi karena
menurut Benner, situasi memiliki konteks sosial dalam arti dan penafsirannya
yang berdampak pada manusia. Manusia lebih terbiasa dengan dunia mereka
dibanding hidup dalam suatu lingkungan. Interpretasi seseorang berdampak pada
setiap situasi. Pandangan fenomenologi Benner didasarkan pada situasi. Hal ini
di buktikan dalam tulisannya saat dia menggunakan istilah “being situated and situated meaning” menunjukkan adanya
keterlibatan dan interpretasi dari setiap kejadian atau peristiwa dalam
kehidupan (Benner & Wrubel, 1989 dalam Sitzman & Eichelberger 2011).
e.
Stress
Menurut Benner, stress adalah makna
dari gangguan, pemahaman, dan fungsi kelancaran sehingga bahaya, kehilangan,
atau tantangan yang dialami mampu membuat manusia memperoleh keterampilan baru.
Stress sebagai perwujudan dari fisik, emosional, dan atau intelektual yang
mengalami gangguan fungsi. Stress terjadi ketika seseorang menyadari bahwa ada
sesuatu yang salah atau tidak terjadi ketidakseimbangan. Stress adalah
konsekuensi dalam kehidupan yang tidak bisa dihindarkan dalam kehidupan di
dunia sehingga membutuhkan kepedulian akan hal tersebut (Benner & Wrubel,
1989 dalam Sitzman &
Eichelberger 2011).
f.
Koping
Koping tidak termasuk solusi untuk stres
melainkan apa yang dilakukan oleh seseorang untuk mengatasi gangguan yang
disebabkan oleh stres. Benner dan Wrubel berdasarkan pada karya Lasarus (1986)
yang menjelaskan stres dan koping. Koping adalah melakukan sesuatu secara
langsung dan juga tidak melakukan sesuatu secara langsung atas dasar tujuan
yang ada. Perilaku koping lainnya adalah mencari informasi. Cara seseorang
memandang situasi dan membuat pilihan untuk memiliki sifat yang positif dalam
menghadapi gangguan. Benner dan Wrubel memberikan banyak contoh tentang
bagaimana seseorang berupaya dengan situasi seperti : pengembangan diri selama
hidup / dalam kehidupan, peduli kepada diri sendiri dari berbagai penyakit
diantaranya kanker dan penyakit neurologis (Benner & Wrubel, 1989 dalam Sitzman
& Eichelberger 2011).
2.1.5
Penerimaan dalam Komunitas Keperawatan
a.
Praktik Keperawatan
Benner
menggambarkan praktik klinik keperawatan menggunakan pendekatan interpretasi
fenomenologi. From Novice to Expert
(1984) meliputi beberapa contoh aplikasi dalam penerapan metodenya di beberapa
situasi praktik. Awalnya, Benner menggunakan pendekatan promosi, jenjang
perawat klinik, program untuk lulusan perawat yang baru dan seminar untuk
mengembangkan pengetahuan klinik. Simposium berfokus pada keunggulan pada praktik
keperawatan yang dilaksanakan untuk pengembangan staff, pengenalan, dan
penghargaan sebagai salah satu jalan untuk mendemonstrasikan perkembangan
pengetahuan klinik dalam praktik (Alligood & Tomey,
2014).
Setelah
itu, metode Benner banyak diadopsi oleh para praktisi keperawatan misalnya
Fenton (1984) menggunakan pendekatan Benner dalam sebuah studi ethnography untuk penampilan perawat
klinis spesialis. Penemuannya terdiri dari identifikasi dan deskripsi
kompetensi perawat untuk mempersiapkan perawat mahir. Balasco dan Black (1988)
dan Silver (1986) menggunakan metode Benner untuk membuat pedoman pembedaan
pengembangan klinik dan jenjang karir dalam keperawatan. Farrel and Bramadat
(1990) menggunakan paradigma analisa kasus Banner dalam proyek kolaborasi
antara universitas pendidikan keperawatan dan rumah sakit pendidikan untuk
mendalami perkembangan klinik yang sesuai dengan skill dalam praktik yang nyata (Alligood & Tomey,
2014).
b.
Pendidikan
Dalam
dunia pendidikan, model Benner banyak digunakan sebagai acuan oleh para
pendidik untuk mempelajari setiap level perawat dari novice sampai expert dan
mempelajari perbedaan maisng-masing level sehingga memberikan pengalaman
pembelajaran kepada mahasiswa keperawatan
(Alligood & Tomey, 2014).
Benner
(1982) mengkritisi tentang konsep competency-based
testing yang berlawanan dengan kompleksitas keahlian dan tingkat keahlian
yang dijelaskan dalam Model Dreyfus dan 31 kompetensi yang dijelaskan oleh
AMICAE (Benner,1984). Dalam expertise in
Nursing Practice, Benner dan kolega (1996) menekankan pentingnya
pembelajaran skill dan perawatan
melalui pengalaman praktis, penggunaan ilmu pengetahuan dalam praktik, dan
dengan pendidikan formal. Dalam Clinical
Wisdom in Critical Care, Benner
dan kolega (1999) memberikan perhatian yang besar tentang pembelajaran
berdasarkan pengalaman dan mempresentasikan bagaimana cara mengajar. Mereka
mendesain CD ROM interaktif untuk melengkapi buku (Alligood
& Tomey, 2014).
c.
Penelitian
Metode
Benner banyak digunakan sebagai acuan dalam bidang keperawatan. Sebagai contoh
Fenton (1984,1985) menggunakan model Benner dalam penelitian pendidikan. Lock
dan Gordon (1989) yang membantu proyek
AMICAE, yang mengembangkan pembelajaran inquiry
dalam model formal yang digunakan dalam praktik keperawatan dan medis. Mereka
menyimpulkan bahwa model formal memberikan petunjuk mengenai pelayanan
langsung, pengetahuan, dan hasil yang diinginkan (Alligood &
Tomey, 2014).
2.2 Konsep Grand Theory Helen
C.Erickson, Evelyn M.Tomlin, Mary Ann P.Swain
Berikut
akan dijabarkan mengenai konsep dan teori Helen C.Erickson, Evelyn M.Tomlin,
Mary Ann P.Swain yang dimulai dari biografi, konsep utama, dan seterusnya.
2.2.1 Biografi Teorist
1. Helen
C.Erickson
Helen
C. Erickson lulus dari Saginaw, Rumah Sakit Umum Saginaw, Michigan pada tahun
1957, setelah itu ia mengkhususkan dirinya dalam keperawatan medikal bedah.
Erickson melanjutkan pendidikannya di University of Michigan dengan gelar
Bachelor dibidang Keperawatan pada tahun 1974 dan gelar Master dibidang keperawatan jiwa pada
tahun 1976. Erickson kemudian mengembangkan karirnya sebagai konsultan perawat
psikiatri independen sebelum kembali ke University of Michigan dan menjadi
Doktor Psikologi Pendidikan pada tahun 1984. Dia telah banyak menulis berbagai
artikel dan penelitian teori keperawatan dan pendekatan holistik untuk keperawatan.
2. Evelyn Tomlin
Evelyn
M. Tomlin belajar keperawatan di University of Southern California, Los
Angeles, dan menerima gelar sarjana muda dan meraih master dalam keperawatan
jiwa pada tahun 1976 dari University of Michigan. Tomlin telah bekerja dibeberapa
bidang yang berbeda didalam dunia keperawatan termasuk perawatan kritis,
perawatan di rumah, praktik mandiri, dan staf perawat, namun saat ini Tomlin mengkhususkan
diri pada perawatan wanita dan anak-anak dengan latar belakang dalam penyembuhan
Kristen/rohani. Tomlin fokus pada agama dan penyembuhan dan menerbitkan
karya-karya berhubungan dengan nilai-nilai Kristen dan teori modeling /
peran-pemodelan.
3. Mary Swain
Profesor
Mary Ann P. Swain lulus dari Universitas DePauw dengan gelar Bachelors of Arts ilmu
Psikologi pada tahun 1963 ( University of Michigan , 1993). Swain segera melanjutkan
MA nya (1964 ) dan Ph.D. ( 1969) dari University of Michigan ( University of
Michigan , 1993). Keahlian Swain berkisar pada pendidikan yang luas dalam bidang
psikologi, beliau melanjutkan pendidikan lain dengan menginstruksikan psikologi
dalam keperawatan di University of Michigan School of Nursing dan bergabung dalam
berbagai komite pendidikan yang lebih tinggi seperti Komite Status Perempuan di
Perguruan Tinggi ( University of Michigan , 1993). Profesor Swain juga telah
memberikan kontribusi untuk beberapa studi teori keperawatan terutama mereka
yang ada kaitannya dengan stres adaptasi dan peran-pemodelan.
2.2.1 Konsep
Utama Modeling dan Role Modeling
“ Unconditional acceptance of the
person as a human in the process of Being and Becoming is basic to the Modeling
and Role-Modeling paradigm. It is prerequisite to facilitating holistic growth.
Unconditional acceptance of the person as human being who has an inherent need
for dignity and respect from others, and for connectedness-that kind od
Unconditional Acceptance is based on Unconditional love. “
(Erickson, 2006)
2.2.2 Sumber Teoritis Teori
Modeling dan Role Modeling
Teori
dan paradigma modeling dan role-modeling
dikembangkan menggunakan proses
retroduktif. Model asli merupakan derivate induktif dari pengalaman klinis dan
kehidupan pribadi Erickson. Teori Modeling dan Role Modeling didasarkan pada
kepercayaan filosofis dan asumsi tentang manusia, lingkungan, kesehatan, dan
keperawatan. Dasar teori modeling dan role modeling berasal dari teori Maslow,
Erikson, Piaget, Engel, Selye, dan M.Erickson, MD. Perbedaan antara dasar-dasar
teori ini derivatnya (Modeling dan Role Modeling) adalah sintesa dari teori-teori
dasar dalam teori Modeling dan Role Modeling (Alligood & Tomey, 2014).
` 2.2.3 Konsep Utama Teori
Konsep Modeling dan Role Modeling menjelaskan bahwa
modeling merupakan proses yang digunakan
perawat untuk meningkatkan pemahaman tentang dunia klien dari perspektif klien,
untuk membangun sebuah “model” dari pandangan dunia klien. Seni Modeling adalah
dengan meningkatkan penggambaran situasi dari perspektif klien. Sains Modeling
adalah agregasi pengetahuan dan mengumpulkan data analisis tentang model klien.
Modeling ada karena perawat mampu menerima dan memahami klien (Alligood &
Tomey, 2014).
Role modeling didasarkan pada asumsi bahwa semua
manusia ingin berinteraksi dengan orang lain, mereka ingin memainkan peran yang
telah ditentukan dalam masyarakat. Role modeling menggunakan klien secara umum untuk
merencanakan intervensi yang sesuai dengan kebutuhan, pertumbuhan,
perkembangan, dan penyembuhan klien. Role modeling membutuhkan tujuan yang
membangun kepercayaan, meningkatkan orientasi positif dan sense of control, menyatakan kekuatan dan menetapkan tujuan timbal
balik spesifik. Tujuan keperawatan adalah untuk membantu individu mendapatkan
kesehatan holistik yang berkualitas (Alligood & Tomey, 2014).
Modeling dan Role Modeling merupakan dasar dari
beberapa prinsip keperawatan dalam melaksanakan asuhan professional yang
terdiri dari pengkajian, intervensi, dan evaluasi. Prinsip-prinsip ini
digambarkan dalam sebuah kategori pengumpulan data dan berhubungan dengan hasil
yang diharapkan dan tujuan yang ingin dicapai. Meskipun tujuan dan hasil
intervensi mencakup tindakan keperawatan, namun perbedaannya didasarkan pada
maksud dari keduanya. Intervensi keperawatan harus memiliki tujuan, perawat
seharusnya mengarahkan sehingga tercipta sesuatu ketika berinteraksi dengan
klien. Pada saat yang sama, seharusnya ada penanda secara umum yang membantu
kita mengevaluasi keberhasilan intervensi yaitu hasil intervensi. Tabel di
bawah menunjukkan hubungan prinsip keperawatan MRM, jenis data yang dibutuhkan
dalam mengaplikasikan model ini, tujuan tindakan keperawatan dan hasil spesifik
(Parker & Smith, 2010).
No
|
Prinsip
|
Kategori
Data
|
Sasaran
|
Tujuan
|
1.
|
Proses
keperawatan membutuhkan sebuah kepercayaan dan hubungan fungsional antara
perawat dan klien.
|
Mendeskripsikan
situasi
|
Meningkatkan
kepercayaan dan hubungan fungsional
antara diri pribadi dan klien .
|
Membangun
kepercayaan
|
2.
|
Individuasi
berafiliasi adalah ketidaktentuan individu merasa diterima, dihormati, dan
menjadi manusia yang bermanfaat.
|
Harapan
|
Memfasilitasi
proyeksi diri bahwa manusia futuristik dan positif.
|
Menganjurkan
klien untuk berorientasi positif.
|
3.
|
Perkembangan
manusia tergantung pada persepsi individu bahwa ia memiliki beberapa kontrol
atas kehidupan yang secara bersamaan merasakan keadaan afiliasi.
|
(eksternal)
Sumber
potensial
|
Menganjurkan
individuasi berafiliasi dengan tingkatan ambivalensi seminimum mungkin
|
Meningkatkan
kontrol klien
|
4.
|
Terdapat
faktor bawaan terhadap kesehatan holistik yang difasilitasi oleh pengasuhan
yang konsisten dan sistemik.
|
(internal)
Sumber
potensial.
|
Meningkatkan
kemampuan secara dinamis, adaptif, dan kesehatan holistik.
|
Menegaskan
dan meningkatkan kekuatan klien.
|
5.
|
Pertumbuhan
manusia tergantung pada pemenuhan kebutuhan dasar dan difasilitasi oleh
kepuasan pertumbuhan kebutuhan.
|
(internal)
Sumber potensial
Sasaran dan tugas
kehidupan
|
Meningkatkan dan
memelihara mekanisme kebutuhan dasar dan terpenuhinya kepuasan dari kebutuhan
pertumbuhan.
Memfasilitasi
tahap pengembangan secara actual dan kronologis.
|
Menetapkan tujuan
bersama yang kesehatannya diarahkan.
|
Tabel
2.1 Hubungan antara prinsip MRM, Kategori data, sasaran intervensi, dan tujuan.
Selain itu, tabel di
bawah ini menjelaskan kategori data dan tipe informasi yang dibutuhkan dalam
proses Modeling
No.
|
Kategori
Pengumpulan Data
|
Tujuan Data
adalah untuk mendapatkan
|
1.
|
Mendeskripsikan
situasi
|
1. Gambaran persepsi klien
terhadap masalah
2. Penyebab masalah termasuk
stressor dan destressor.
3. Adanya kebutuhan terapeutik
klien yang dirasakan.
|
2.
|
Harapan
|
1. Harapan segera
2. Harapan jangka panjang
|
3.
|
Sumber potensial
|
1. Eksternal : jaringan sosial,
sistem pendukung, dan sistem pelayanan kesehatan
2. Internal : kekuatan diri,
potensila adaptif, ranah perasaan, ranah fisiologis.
|
4.
|
Sasaran dan tugas
kehidupan
|
1. Sasaran saat ini
2. Rencana akan datang
|
Tabel 3.2 Kategori Data dan Tipe
Informasi yang Dibutuhkan dalam Proses Modeling
No.
|
Sumber
Informasi
|
|
1.
|
Sumber primer
|
Pengetahuan self-care klien
|
2.
|
Sumber sekunder
|
Informasi dari
keluarga dan observasi perawat
|
3.
|
Sumber Tersier
|
Status pasien dan informasi lain berhubungan dengan kasus
pasien
|
Tabel 3.3 Sumber
Informasi
Tabel
3.3 menggambarkan prioritas dalam mengumpulkan informasi. Data primer meliputi
informasi yang diperoleh langsung dari klien. Data sekunder termasuk observasi
dan informasi yang dikumpulkan dari keluarga klien. Data tersier meliputi semua
informasi yang dikumpulkan dari status pasien dan sumber-sumber lain. Data
primer dan sekunder penting pada praktik professional sedangkan data tersier ditambahkan sesuai kebutuhan
(Parker & Smith, 2010).
Proses
role-modeling harus objektif dan menggambarkan prilaku artistik. Pertama
menganalisa data dengan menggunakan preposisi teoritis pada MRM model. Interpretasi makna dari apa yang yang telah
disediakan dan mencari hubungan antar data akan membantu kita memahami
pandangan dunia klien. Saat menganalisa data, ada implikasi dari tindakan
keperawatan. Tindakan keperawatan dirancang dengan adanya maksud (tujuan
intervensi) dan hasil yang spesifik (sasaran intervensi). Tujuan secara
keseluruhan adalah untuk membantu orang menemukan makna dalam pengalaman mereka
untuk meningkatkan rasa memiliki (Parker & Smith, 2010).
Alligood & Tomey (2014) menjelaskan konsep utama
dalam MRM berhubungan dengan pemikiran dasar dan kepercayaan filosofis yang
berkenaan dengan kemiripan manusia, perbedaan manusia satu sama lain, dan apa
yang harus dilakukan perawat. Konsep-konsep yang berhubungan dengan bagaimana
kemiripan manusia mencakup holisme,
mind-body connection, kebutuhan dasar termasuk kebutuhan afiliasi
individual, dan kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan seumur hidup. Konsep
yang merefleksikan bagaimana manusia berbeda satu sama lain mencakup : anugerah
genetik, main-body relationship
adaptasi,dan self-care. Konsep-konsep
yang berhubungan dengan perawat dan peran perawat termasuk fasilitas,
pemeliharaan, dan penerimaan tanpa syarat.
2.2.3.1 Keperawatan
Keperawatan
membantu seseorang secara holistik dalam aktifitas perawatan diri mereka dalam
kaitannya dengan kesehatan. Hal ini merupakan proses interpersonal yang
interaktif dalam mempertahankan kekuatan untuk memungkinkan pembangunan, rilis,
dan penyaluran sumber daya untuk mengatasi keadaan dan lingkungannya. Tujuannya
adalah tercipta kesehatan yang optimal serta kepuasan (Alligood & Tomey,
2014).
2.2.3.2 Nurturance (Pengasuhan)
Pemeliharaan
dan pengintegrasian kognitif, fisiologis, dan proses afektif dengan tujuan
membantu klien dalam memperoleh kesehatan holistik. Pemeliharaan menjelaskan
bahwa perawat berusaha untuk mengetahui dan memahami model pribadi klien dari
dunianya, dan untuk menghargai nilai dan arti penting bagi klien dari sudut
pandang klien.
2.2.3.3 Unconditional
Acceptance (Penerimaan
Tanpa Syarat)
Dapat diterima adalah sesuatu yang unik, berharga,
individu yang penting difasilitasi dalam pengembangan potensi sendiri. Perawat
menggunakan rasa empati dalam membantu individu belajar dan perawat mampu
menerima dan menghormati klien. Penerimaan yang ada akan memfasilitasi sumber
mobilisasi yang dibutuhkan sebagai individu dengan keseimbangan adaptif.
2.2.2.4 Manusia
Manusia
menjadi berbeda karena mereka holistik, pertumbuhan dan perkembangannya seumur
hidup. Mereka berbeda karena adaptasi dan self-care
knowledge.
2.2.2.5 Bagaimana
Individu Sama
1) Holisme
Manusia
adalah individu yang holistik saling berinteraksi dengan subsistem yang
beragam. Perluasan subsistem tidak dapat dipisahkan yang meliputi faktor
genetik dan spiritual. Tubuh,pikiran, emosi, dan semangat merupakan keseluruhan
unit yang saling berinteraksi. Komponen ini
saling mempengaruhi dan mengendalikan satu sama lain. Adanya interaksi dari
berbagai subsistem dan tak dapat
dipisahkan tercipta holism. Holism menekankan bahwa keutuhan adalah lebih besar
dibanding jumlah tiap bagian.

2) Kebutuhan
Dasar
Semua
manusia memiliki kebutuhan dasar yang dapat mencukupi/memuaskan tetapi hanya
yang berasal dari kerangka kerja individu. Kebutuhan dasar ditemukan ketika
individu merasa mereka bertemu.
3) Perkembangan
Seumur Hidup (Lifetime Development)
Peningkatan
perkembangan seumur hidup meliputi tahapan psikologis dan kognitif, seperti
berikut ini :
·
Tahapan Psikologis
Setiap tahapan mencerminkan
perkembangan tugas, adanya pilihan diantara alternative prilaku dasar (seperti
percaya versus tidak percaya, otonomi versus malu dan ragu).Sebagai individu
yang matang dapat bernegosiasi atau mengatasi krisis setiap tahapan
perkembangan tersebut. Individu mempunyai daya tahan yang kuat dan perilaku
yang berperan dalam pembentukan karakter dan kesehatan dari pribadi seseorang
sesuai budayaannya.
·
Tahapan Kognitif
Perkembangan berpikir
seperti yang terjadi pada perkembangan psikososial dan sikap. Piaget meyakini bahwa
perkembangan kognitif terjadi secara runtun dan dia juga mengidentifikasi
beberapa proses dari periode tersebut. Ada empat periode : sensorimotor,
preoperasional, operasional, dan formal operasional.
4) Affiliated Individuation
(Individuasi Berafiliasi)
Individu memiliki
naluri pemenuhan kebutuhan individuasi berafiliasi. Mereka harus mampu
bergantung pada sistem pendukung yang secara simultan mempertahankan
kemandiriannya dari sistem pendukung tersebut. Mereka perlu merasakan secara mendalam
keduanya “saya” dan “kita” dan merasakan kebebasan dan penerimaan pada
keduanya.
2.2.2.6 Bagaimana
Individu Berbeda
1)
Inherent
Endowment (Peran yang Melekat/Genetik)
Setiap individu dilahirkan
dengan sepasang gen yang akan menampilkan perbedaan pertumbuhan, perkembangan,
dan respon dalam kehidupan. Semua faktor genetik ini membuat dan menerima
warisan karakteristik yang mempengaruhi pada pertumbuhan dan perkembangan individu. Genetik ini mempengaruhi
bagaimana seseorang merasakan diri dan dunianya. Membuat individu berbeda satu
dan yang lain. Setiap individu menjadi unik.
2) Adaptasi
Adaptasi terjadi
sebagai respon individu terhadap stressor internal dan eksternal dalam
hubungannnya dengan kesehatan dan pertumbuhan. Adaptasi menggerakkan
sumber-sumber koping internal dan eksternal. Bila adaptasi terjadi tidak satu
subsitem-pun dalam kondisi bahaya. Kemampuan individu untuk menggerakkan sumber-sumber
digambarkan oleh The Adaptive Potential Assessment Model (APAM). APAM
mengidentifikasi tiga perbedaan kemampuan koping:
·
Arousal
(memperbaiki)
·
Equilibrium
(keseimbangan, adaptif dan maladaptif)
·
Impoverishment
(membangun).
Masing-masing pernyataan
ini menjelaskan perbedaan kemampuan untuk menggerakkan sumber-suber perawatan
diri. Pergerakan yang dimaksud disini dipengaruhi oleh kemampuan seseorang
untuk bertahan dan adanya stressor baru. Perawat dapat menggunakan model ini
untuk meramalkan kemampuan individu dalam menggerakkan sumber-sumber perawatan
diri dalam menghadapi stress.
3) Mind-Body Relationship
(Hubungan antara tubuh dan pikiran)
Kita adalah makhluk
biofisikal, psikososial, yang terus mengembangkan kemampuan sehingga berusaha
menjadi yang terbaik semampunya.
4) Self-Care
Self care meliputi
penggunaan pengetahuan, sumber-sumber, dan perilaku.
·
Self-Care
Knowledge
Pada tingkatan yang
sama, seseorang tahu apa yang membuatnya sampai sakit, mengurangi
efektifitasnya, atau mengganggu pertumbuhannya. Seseorang juga tahu apa yang
akan membuatnya menjadi baik, optimis dengan efektifitasnya yang berkurang atau
pemenuhan kebutuhan (mempromosikan pertumbuhannya).
·
Sel-Care
Resources
Merupakan sumber-sumber
yang berasal dari dalam, sumber tambahan , mobilisasi meliputi prilaku self-care : memperoleh bantuan,
mengatur, dan mempromosikan dalam batas maksimum kesehatan holistik.
·
Self-Care
Action
Merupakan pengembangan
pemanfaatan self-care knowledge dan self-care resources.
2.2.4 Penggunaan
Bukti Empiris



Membangun
Gambar 2.1 APAM (Adaptive
Potential Assessment Model)


![]() |
|||
![]() |
|||
Stressor Koping
Koping Stressor

Stress

Gambar
2.2 Hubungan dinamis diantara bagian APAM
Hubungan
antara pengetahuan self-care,
sumber-sumber, dan aktifitas telah diaplikasikan dalam beberapa penelitian.
Gambaran
self-care knowledge, yang pertama
kali dikenalkan oleh Erickson (1985), dicontoh dan ditemukan sehubungan dengan
adanya kontrol, otonomi, dan kualitas hidup. Self directedness, membutuhkan keselarasan (keanggotaan) dan
otonomi (individuasi) ditemukan ketika skala multidimensi dipakai untuk lebih
menjelaskan hubungan self care knowledge,
sumber-sumber, dan aktifitas. Penulis menyimpulkan prilaku positif menjadi
faktor utama ketika health directed self care action dinilai. Aktivitas fisik pada
pasien dengan MCI berdampak pada kepuasan hidupx (bukan terkait kondisi fisik),
kepuasan hidup dinilai oleh karena adanya ketersediaan sumber-sumber self care dan sumber kebutuhan, serta
sumber kebutuhan sebagai supresor tersedianya sumber. Contoh : caregiver,
dukungan sosial dalam level stress dan self-worth
secara tidak langsung telah berdampak pada harapan adanya self-worth, sedangkan seseorang dengan diabetes dengan spiritual
yang baik lebih mampu untuk mengatasinya (Alligood & Tomey, 2014).
Ketika
teori modeling dan role-modeling digunakan maka wawancara menjadi penting untuk
menentukan model klien di dunia. Berikut ini tujuh diantaranya :
1) Penyebab
masalah dimana tiap individu adalah unik
2) Faktor
yang berhubungan juga terkait individu itu unik
3) Harapan
masa depan
4) Tipe-tipe
kontrol diri
5) Keanggotaan
6) Kurangnya
keanggotaan
7) Percaya
pada pemberi pelayanan
2.2.5 Asumsi Utama
2.2.5.1 Keperawatan
Keperawatan adalah fasilitator
bukan efektor. Hubungan antara perawat-klien adalah sebuah interaktif, proses
interpersonal dan membantu individu untuk mengidentifikasi, mobilisasi, dan
meningkatkan kekuatannya untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal dan
kesejahteraan (Alligood & Tomey, 2014).
2.2.5.2 Manusia
Adanya diferensiasi dibuat antara klien dan perawat dijelaskan dalam
teori. Klien diberikan perawatan dan anjuran, klien berpartisipasi pada
perawatannya. Sasaran perawat adalah bekerja untuk klien. Klien sebagai pembuat
keputusan yang selalu memiliki kontrol dari apa yang direncanakan dan siapa
yang yang termasuk dalam perencanaan dan pelaksanaan perawatannya (Alligood
& Tomey, 2014).
2.2.5.3 Kesehatan
Sehat
adalah keadaan fisik, mental, sosial, dan sejahtera tidak hanya terhindar dari
penyakit atau kelemahan. Dapat diakatakan sebagai adanya keseimbangan dinamis
antara berbagai subsistem (Alligood & Tomey, 2014).
2.2.5.4 Lingkungan
Lingkungan tidak diidentifikasi
dalam teori sebagai suatu entitas tersendiri. Para ahli teori melihat
lingkungan dalam subsistem sosial sebagai interaksi antara diri dan orang lain
baik budaya dan individu. Stressor biofisik dipandang sebagai bagian dari
lingkungan.
BAB
III
PEMBAHASAN
3.1
Analisa Teori Patricia
Benner dan Penerapannya dalam Proses Keperawatan
a.
Clarity
Teori Patricia Benner from
Novice to Expert
menjelaskan 5 tahapan / akusisi peran dan perkembangan profesi dengan cukup
jelas, Namun, ada beberapa konsep dimana kelompok masih kurang memahami
penjelasan Benner.
Model
Benner membagi 5 tahap meliputi : Novice,
advanced beginner, competent, proficient, dan expert dalam memberikan pemahaman
terhadap kompetensi kelima level keterampilan dan bagaimana kemampuan perawat
dalam mengidentifikasi karakteristik pada setiap level praktik keperawatan.
Berdasarkan analisa kelompok, dalam
tatanan praktik keperawatan, penjelasan lima tahapan Benner memberikan
pemahaman profesi tentang pentingnya menjadi expert (ahli), dimana seorang perawat ahli adalah perawat yang
mampu mengembangkan keterampilan dan pemahaman terhadap pasien dari waktu ke
waktu melalui pendidikan dasar dan banyaknya pengalaman. Benner menggambarkan empat
aspek utama untuk menjadi expert, antara lain menunjukkan pegangan klinis dan sumber praktis, mewujudkan proses know-how, melihat gambaran
yang luas, melihat yang tidak diharapkan. Namun,
Benner tidak secara detail memaparkan empat aspek utama ini dalam kaitannya
dengan praktik keperawatan sehingga dalam hal ini kelompok kurang memahami maksud dari keempat aspek tersebut. Meskipun demikian, karya Benner saat
ini banyak memberikan konstribusi untuk pemahaman praktik klinis serta
pengetahuan keperawatan yang diaplikasikan dalam praktik.
Konstribusi Benner berdasarkan lima
tahapan akuisisi peran yang dikembangkannya dari model Dryfus ini menjadi dasar dalam penerapan model jenjang karir
perawat yang kemudian dikembangkan lagi oleh Swansburg tahun 2000. Suroso
(2011) menjelaskan pada perkembangannya model jenjang karir perawat diterapkan
dan dikembangkan di berbagai Negara, seperti USA, UK, Kanada, Taiwan, Jepang
dan Thailand termasuk juga di Indonesia. Jenjang karir perawat di Indonesai
telah disusun oleh PPNI bersama departemen kesehatan dalam bentuk pedoman
jenjang karir perawat tahun 2006.
Suroso
(2011) memaparkan seorang
perawat diberi tanggung jawab dan wewenang sesuai dengan tingkatan kompetensi
yang dimilikinya (jenjang karir perawat). Tatanan pelayanan pengembangan karir perawat
menurut Depkes tahun 2006 dikaitkan dengan lima tahapan Benner , yaitu :
PK
1 : DIII, 2 tahun pengalaman atau Ners tanpa pengalaman dapat
dikategorikan dalam level Novice.
PK2` : DIII, 5 tahun pengalaman atau Ners pengalaman 3 tahun, dalam
kategori Advanced Beginner dimana
pengalaman yang dimiliki belum cukup untuk dapat dilepaskan secara mandiri
dalam memberikan asuhan keperawatan.
PK3 : DIII, 9 tahun pengalaman atau Ners
pengalaman 6 tahun, atau Sp1 tanpa pengalaman dalam kategori Competent dimana perawat sudah mempunyai
kemampuan mempertimbangkan dan membuat perencanaan yang diperlukan, dan sudah
mandiri.
PK4 : Ners, 9 tahun pengalaman, Sp1
pengalaman 2 tahun, Sp2 tanpa pengalaman, Proficient
mempunyai kemampuan melihat perubahan yang relevan serta melibatkan keluarga
dalam intervensi.
PK5 : Sp1 pengalaman 4 tahun, Sp2 pengalaman
1 thn. Expert mampu mengidentifikasi
area dari masalah tanpa kehilangan pertimbangan waktu untuk membuat diagnose
alternative dan penyelesaian.
Selain penjelasan lima tahapan di atas, Benner juga menjelaskan
pentingnya konsep caring dalam praktik
keperawatan. Benner
memandang ”tanpa caring seseorang
akan menjadi memprihatinkan” sehingga konsep caring ini menciptakan lingkungan dimana perawat dapat memberikan
asuhan kepada klien. Kesehatan dipandang tidak hanya terbebas dari penyakit
yang digambarkan sebagai pengalaman kehilangan atau gangguan fungsi tetapi juga
kelainan pada sel, jaringan, atau organ. Benner memaparkan manusia ada oleh karena
eksistensi filosofi dan kesatuan atau keutuhan manusia melalui proses
perjalanan hidup. Menurut kelompok, Banner masih secara abstrak menjelaskan
manusia sebagai konsep utama keperawatan, dimana Benner berpendapat manusia ada
karena eksistensi filosofi. Kelompok membutuhkan penalaran mendalam dalam
memahami makna dan karakteristik manusia menurut Benner.
Penjelasan
tentang stress dan koping cukup jelas dipaparkan oleh Benner. Benner
menjelaskan manusia tidak terlepas dari stress yang membutuhkan koping dalam
mengatasi gangguan penyebab stress yang terjadi. Stress juga membutuhkan caring dalam penanganannya. Pandangan fenomenologi Benner
didasarkan pada situasi. Manusia lebih terbiasa dengan dunia mereka dibanding
hidup dalam suatu lingkungan. Interpretasi seseorang berdampak pada setiap
situasi.
b.
Simplicity
Teori Patricia Benner from
Novice to Expert
relatif sederhana dengan hanya membagi 5 tahapan Novice, advanced beginner, competent, proficient, dan expert. Namun
menurut kelompok, tahapan ini hanya
dapat digunakan sebagai kerangka kerja karena dalam penerapannya yaitu pada
penerapan jenjang karir disesuaikan dan dimodifikasi berdasarkan situasi dan kondisi
rumah sakit serta diperlukan adanya sosialisasi dan pemahaman dari perawat
dalam mengidentifikasi karakteristik dan tujuan dari setiap level yang ada.
c. Generality
Teori
from Novice to Expert memiliki karakteristik
yang universal, tidak dibatasi oleh umur, penyakit, kesehatan atau lokasi
praktek keperawatan. Selain iru, Model Benner
ini hanya dapat dibuktikan dengan menggunakan metodologi kualitatif yang
terdiri dari 31 kompetensi, 7 domain praktek keperawatan dan 9 domain perawatan
kritis. Kelompok menganalisa bahwa perspektif Benner adalah fenomenologi
meskipun Model Benner didasarkan pada data based
research yang mendukung pengembangan praktik keperawatan.. Namun, kelompok berpendapat
bahwasanya model dengan perspektif fenomenologi seharusnya memiliki
karakteristik tertentu tidak universal, sehingga dalam praktiknya dapat secara
spesifik ditentukan masalah keperawatan berdasarkan tingkat umur terkait stress
dan koping serta pengaruhnya terhadap empat asumsi dari paradigma keperawatan,
yaitu manusia, kesehatan, keperawatan, dan lingkungan.
Kelompok berpendapat Benner merupakan tokoh keperawatan
dengan dedikasi yang begitu luar biasa. Metode Benner banyak diadopsi oleh
praktisi dan dikembangkan dalam praktik keperawatan, pendidikan, dan
penelitian. Salah satunya, analisa kasus
Banner digunakan dalam proyek kolaborasi universitas pendidikan keperawatan
dengan rumah sakit pendidikan. Selain itu, di bidang pendidikan menjadi perhatian besar bagi Banner tentang
pembelajaran berdasarkan pengalaman. Namun, kelompok masih kurang memahami
alasan Benner mengapa beliau sangat mengkritisi konsep competency-based testing. Sampai saat ini konsep competency-based testing tetap
diperlukan dalam uji kompetensi selain dari segi keahlian yang dimiliki. Menurut
kelompok, seorang perawat profesional adalah perawat yang mampu
mengintegrasikan pemahaman analisa kasus berdasarkan tes tertulis dan tes
praktik.
3.2
Analisa Teori Modeling and Role
Modeling
Helen C.Erickson, Evelyn M.Tomlin, Mary Ann P.Swain dan Penerapannya dalam
Proses Keperawatan
a. Clarity
Berdasarkan pemahaman kelompok
terhadap teori MRM, kelompok
berpendapat bahwa Helen C Erickson et al telah menyajikan dan menjelaskan teori dengan
jelas. Kelompok melihat hal tersebut berdasarkan sumber
teoritis, pernyataan dan gambaran yang diberikan dengan lugas dan sistematis
serta tidak menggunakan banyak istilah atau konotatif yang dapat mengaburkan
makna sebenarnya dari teoris. Erickson et al dengan
jelas memaparkan suatu model yang terkenal yaitu APAM (Adaptive Potential Assessment Model )yaitu model untuk mengidentifikasi
kemampuan koping seseorang. Selain itu, Erickson et al secara jelas
menggambarkan hubungan antara self-care-knowledge,
self-care resources, dan self-care
action.
Asumsi utama Erickson et al
memandang keperawatan adalah fasilitator dengan meningkatkan hubungan
interpersonal dengan klien, membedakan tugas dan peran dari perawat-klien,
memandang kesehatan sebagai subsistem yang dinamis serta lingkungan menjadi
subsistem sosial yang saling berinteraksi. Kelompok berpendapat Erickson et al
dengan sangat jelas memaparkan empat komponen paradigm keperawatan dalam proses
keperawatan dalam peningkatan kualitas hidup pasien dengan lebih mengutamakan adanya
hubungan interpersonal.
b. Simplicity
Kelompok berpendapat, teori Modeling and
Role Modeling oleh Ericson, Tomlin dan Swain
dapat
dikatakan begitu kompleks. Hal ini disebabkan banyaknya teori penunjang berdasarkan asumsi serta latar belakang masing-masing
teoris.
Kompleksitas dari teori MRM menggambarkan penjelasan secara detail tentang
konsep utama MRM, Berdasarkan penjelasan konsep MRM, kelompok dapat memahami
faktor-faktor apa saja yang menjadikan individu bisa sama dan individu bisa
berbeda.
c. Generality
“Worldview” adalah ungkapan sederhana yang disampaikan oleh
Ericson, Tomlin dan Swain dalam teorinya namun memberikan pemahaman dan
pandangan secara holistik terhadap pasien. Kelompok
berpendapat bahwa teoris memiliki
cara
pandang individu atau kelompok dalam memandang kehidupannya sehingga
menimbulkan keyakinan dan nilai.
Seperti bagaimana manusia dikatakan mirip atau serupa bahkan sama (holistik,
kebutuhan dasar, perkembangan seumur hidup / fase psikologi dan kognitif, dan
saling keterkaitan individual) dan bagaimana manusia dikatakan berbeda (secara
genetik, adaptasi, hubungan mind-body, merawat mandiri dari pengetahuan,
sumber, dan tindakan klien).
d. Pentingnya
Teori
Chinn dan Kramer
(2011 dalam Alligood 2014 ) menjelaskan bahwa pentingnya sebuah teori adalah relatif dilihat dari tujuan praktik keperawatan , pendidikan dan tujuan pencatatannya.
Kelompok
menilai Teori Modeling and Role Modeling menjadi panduan dalam berbagai penelitian,
praktik langsung dan juga menghasilkan ide-ide baru yang terus
dikembangkan dalam praktik keperawatan, sehingga teori ini memiliki nilai dan
arti penting bagi disiplin
keperawatan sampai dengan sekarang. Kelompok
berpendapat, perawat memiliki banyak
kesempatan untuk berbagi dalam hal-hal yang penting ,dari pengalaman hidup sampai
interaksi dengan klien. Kita sebagai
perawat seyogianya
memiliki kemampuan dan tanggung jawab untuk memfasilitasi
dalam proses penyembuhan dan pencapaian maksimal yang dirasakan klien baik dari
kesehatan dan kesejahteraannya.
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
4.1.1 Caring, Clinical Wisdom, and Ethics In
Nursing Practice
Untuk dapat menerapkan Caring, Clinical Wisdom, and Ethics In
Nursing Practice Caring, Clinical Wisdom, and Ethics In
Nursing Practice dengan baik,
seorang perawat harus mempunyai bekal ilmu pengetahuan serta ditunjang dengan
pengalaman dan keterampilan yang memadai. Proses
keperawatan diawali dari SDM perawat, semakin piawai maka praktik yang
dilakukan terhadap klien akan semakin baik.
4.1.2 Model
and Role Modeling
Teori
ini menjelasakan hubungan perawat dengan pasien adalah merupakan hubungan
interpersonal yang sifatnya unik. Teori
dan paradigma Model & Role-Modeling dikembangkan menggunakan proses retroduktif, dengan
menggunakan dasar teori Maslow (kebutuhan manusia), Erikson, Piaget (teori
perkembangan kognitif), Engel, Selye (kehilangan dan respon stress individu),
and M. Erickson, menyampaikan bahwa
dalam diri manusia terhadapat hubungan antara pikiran-tubuh, manusia juga
mempunyai kemampuan mengidentifikasi sumber potensial untuk mengatasi stress
4.2
Saran
Diharapkan demi pengembangan teori agar lebih konkrit dalam penerapannya maka masih sangat dibutuhkan analisa
dari teori yang ada, baik dengan metode wawancara
dengan klien atau menginterpretasikan teori untuk mendapatkan data sehingga dapat lebih kritis dan
mendalami dari masing-masing teori sehingga perawat mampu
mengidentifikasi diagnosis keperawatan berdasarkan interpretasi yang ada dan diusulkan
dalam rencana keperawatan.
DAFTAR
PUSTAKA
Alligood, Martha
R & Tomey, Marriner A, . (2010). Nursing
Theories Utilization and Application 4th ed. St.Louis : Mosby
Inc, USA
Alligood, Martha
R & Tomey, Marriner A,. (2014). Nursing
Theorists and Their Work 8th ed. St.Louis : Mosby Inc, USA
Chinn & Kramer.
(2011). Fundamental of Nursing.
Loussiana :Delmar a division of Thomson Larning. Inc,USA
Parker,
M.,E,.& Smith, M., C,. (2010). Nursing
Theories & Nursing Practice 3rd Ed. Philadelphia : F.A Davis
Company.
Sitzman,
K.,L, & Eichelberger, L., W. (2011).
Understanding the work of Nurse Theorist.
A Creative Beginning 2nd ed. Jones and Bartlett Publisher,
Massachusett, USA.
Suroso,
J. (2011). Penataan Sistem Jenjang Karir
Berdasar Kompetensi untuk Meningkatkan Kepuasan Kerja dan Kinerja Perawat di
Rumah Sakit. Eksplanasi Vol 6, no.2.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar