Minggu, 30 Agustus 2015

Makalah Falsafah dan Paradigma Sains Keperawatan

 








 



UNIVERSITAS INDONESIA


DASAR DAN PENGEMBANGAN
SAINS KEPERAWATAN

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3

I GEDE NYOMAN ARDI SUPARTHA
1406522986
ARIE JEFRY KA’ARAYENO
1406522670
MEGAWATI SIBULO
1406423124
DYAH UNTARI
1406522784
HASMI
1406597066
MURNI SARI DEWI SIMANULLANG
1406597204


PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
2014


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.            Latar Belakang
Keperawatan saat ini sangat berkembang dengan pesatnya. Banyak teori-teori keperawatan yang hingga saat ini masih digunakan dan diaplikasikan didalam praktik keperawatan baik di lingkungan akademisi maupun lingkungan rumah sakit.
Perawat mempunyai fungsi yang unik dalam memberikan asuhan keperawatan yang memperhatikan perbedaan biopsikososio dan spiritual dari masing-masing orang. Tindakan keperawatan bersifat membantu orang yang membutuhkan yang bertujuan untuk meningkatkan aktivitas kemandirian dalam mencegah dari sakit, memperbaiki kesehatannya, atau menghadapi kematian. Dalam menjalankan fungsi dan peran perawat maka digunakanlah ilmu pengetahuan (sains) terapan  yang mendasar dalam melakukan / menerapkan praktik keperawatan sehari-hari
Sebagai ilmu pengetahuan (sains) terapan, keperawatan menggunakan konsep, teori dan gabungan dalam berbagai disiplin ilmu sehingga sains keperawatan menjadi tumbuh dan berkembang hingga saat ini. Ilmu yang berkembang juga mengakibatkan perkembangan dalam dunia pendidikan dahulu pendidikan keperawatan yang tertinggi adalah sarjana keperawatan namun saat ini  dimana lulusan keperawatan sudah ada yang menyandang gelar professor keperawatan  sehingga kedepannya ilmu keperawatan diharapkan menjadi lebih maju lagi. Sehingga apa yang diinginkan oleh semua dimana keperawatan mampu memberikan pelayanan paripurna yang mengedepankan biososio dan spiritual dapat terwujud.
Falsafah keperawatan merupakan pandangan dasar terhadap manusia secara utuh yang menjadi kerangka dasar praktik keperawatan sehingga dibutuhkan pemahaman mendalam tentang falsafah dan paradigma sangat dibutuhkan dalam peningkatan profesionalisme dalam dunia keperawatan.


Text Box: 1
 
1.2              Tujuan Penulisan
1.2.1        Tujuan Umum
Membuktikan bahwa keperawatan adalah  rangkaian dari ilmu yang dapat dipelajari
1.2.2        Tujuan Khusus
1.2.2.1  Menjelaskan definisi ilmu
1.2.2.2  Menjelaskan syarat keilmuan
1.2.2.3  Menjelaskan definisi sains keperawatan
1.2.2.4  Menjelaskan sifat dan karakteristik sains keperawatan
1.2.2.5  Menjelaskan filosofi dasar sains keperawatan
1.2.2.6  Menjelaskan tentang paradigma sains keperawatan
1.2.2.7  Menjelaskan tentang pengembangan sains keperawatan

1.3      Sistematika Penulisan
BAB I    Pendahuluan
BAB II  Tinjauan Pustaka
BAB III Pembahasan
BAB IV Penutup
BAB V  Pustaka


BAB II
KONSEP TEORITIS

2.1         Falsafah dan Paradigma Keperawatan
Ilmu adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang pengetahuan tersebut. (KBBI).
Ilmu adalah rangkaian aktivitas manusia yang rasional dan kognitive dengan berbagai metode berupa aneka prosedur dan tata langkah sehingga menghasilkan kumpulan pengetahuan yang sistematis mengenai gejala-gejala kealaman, kemasyarakatan, atau individu untuk tujuan mencapai kebenaran, memperoleh pemahaman, memberikan penjelasan ataupun melakukan penerapan (The Liang Gie, 1991).
Ilmu adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia (Wikipedia). Sains (science) merupakan istilah umum yang mengacu pada ilmu pengetahuan yang mendasari disiplin ilmu yang telah dikembangkan secara teliti dan sistematis. Menurut Jacox sains adalah body of knowledge yang sistematis yang mempunyai tujuan utama menemukan kebenaran tentang dunia yang diperkuat melalui pemeriksaan secara empiris (Peterson & Bredow, 2004).
Menurut Meleis, sains adalah kesatuan dari body of knowledge tentang fenomena-fenomena yang didukung oleh fakta-fakta, sedangkan Power dan Knapp mendefinisikan sains sebagai aktivitas yang mengkombinasikan riset dan teori (McKenna, 1997). Jadi sains merupakan pengetahuan sistematis yang dikembangan melalui dasar rasional dan empiris (diobservasi, diteliti atau diuji coba).
Text Box: 3Sains keperawatan menurut Stevenson dan Woods merupakan area ilmu pengetahuan yang fokus pada adaptasi individu dan kelompok terhadap masalah kesehatan yang aktual ataupun potensial, lingkungan yang mempengaruhi kesehatan manusia dan intervensi terapeutik yang meningkatkan kesehatan dan mempengaruhi efek penyakit.  Sementara itu menurut Fogel-Keck ilmu keperawatan adalah body of knowledge yang berhubungan erat dengan disiplin keperawatan, termasuk proses dan metodologi yang digunakan untuk mengembangkan pengetahuan (McKenna, 1997).
Creasia, J.L., & Parker, B.J. (2007) menjelaskan ilmu memiliki karakteristik sebagai berikut :
a.    Objektif
Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Objeknya dapat bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam mengkaji objek, yang dicari adalah kebenaran yakni persesuaian antara tahu dengan objek, dan karenanya disebut kebenaran objektif; bukan subjektif berdasarkan subjek peneliti atau subjek penunjang penelitian.
b.    Metodis
Metodis berasal dari kata Yunani, metodos yang berarti cara, jalan. Secara umum metodis berarti metode tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah. Metodis adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensi dari upaya ini adalah harus terdapat cara tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran.
c.    Sistematis
Ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu, mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya.
d.   Universal
Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat umum (tidak bersifat tertentu). Contoh: semua segitiga bersudut 1800.
Falsafah dan paradigma keperawatan akan mempengaruhi perkembangan teori keperawatan selanjutnya. Sebelum membahas lebih lanjut tentang falsafah dan paradigma keperawatan, akan dijelaskan arti dari tiap-tiap istilah di atas:



2.1.1        Pengertian Falsafah Keperawatan
Filosofi atau falsafah adalah seperangkat nilai atau kepercayaan. Filosofi diartikan juga sebagai pernyataan tentang fenomena sentral yang menjadi minat bagi disiplin ilmu, tentang bagaimana proses fenomena tersebut diketahui dan tentang nilai-nilai yang diyakini anggota disiplin tersebut (Fawcett, 2005). Filosofi akan mempengaruhi bagaimana akademisi menampilkan tindakannya, bagaimana mereka menginterpretasikan tujuan yang ingin dicapai dan bagaimana mereka memandang ilmu dan pengetahuan tersebut. Kedudukannya dalam perkembangan ilmu pengetahuan, filosofi berguna untuk menginformasikan kepada anggota disiplin ilmu dan masyarakat umum tentang nilai dan keyakinan tertentu yang dianut oleh disiplin tersebut (Tomey & Alligood, 2010).
Filosofi keperawatan merupakan sistem keyakinan profesional perawat atau cara pandang keperawatan. Filosafi memberikan suatu pandangan yang unik tentang praktik keperawatan, tentang fenomena yang menjadi fokus perhatian disiplin keperawatan dan nilai-nilai yang diyakini perawat dalam melakukan praktik keperawatan (Fawcett, 2005).
Filosofi keperawatan adalah pernyataan dasar dan universal, nilai dan prinsip tentang hakikat pengetahuan dan kebenaran (epistemologi), tentang sifat alami suatu entitas yang diwakili dalam metaparadigma. (Peterson & Bredow, 2004).

2.1.2 Pengertian Paradigma Keperawatan
Paradigma adalah model, pola atau pandangan yang dilandasi pada dua karakteristik yaitu penampilan dari kelompok guna menunjukkan keberadaannya  dan terbuka dalam melakukan “Problem Solving” di dalam kelompoknya (Kuhn, 1979 dalam McEwen & Willis, 2007). Paradigma merupakan suatu diagram konseptual  berupa struktur - struktur yang digunakan untuk mengorganisasikan teori (Ann Mariner, 2001).
Berdasarkan pengertian – pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa paradigma keperawatan adalah suatu cara pandang yang mendasar atau cara  melihat, memikirkan, memberi makna, menyikapi, dan memilih tindakan terhadap berbagai fenomena yang ada dalam keperawatan. Dengan demikian paradigma keperawatan memberi arahan kepada perawat dalam menyikapi dan menyelesaikan berbagai persoalan yang melingkupi profesi keperawatan seperti aspek pendidikan dan pelayanan keperawatan serta kehidupan profesi.

2.2              Sains Keperawatan
Keperawatan sebagai bagian dari suatu ilmu (sains) mempunyai sifat / karakteristik sebagai berikut:
a)        Menunjukkan sesuatu yang koheren dan utuh dari keterkaitan fakta-fakta, prinsip hukum dan teori
b)        Sains berhubungan dengan bidang pengetahuan tetentu
c)        Sains lebih sering diungkapkan dalam pernyataan yang umum atau universal
d)       Pernyataan sains harus benar atau mendekati benar
e)        Pernyataan sains harus logis
f)         Sains harus menjelaskan penelitian dan argumen-argumen(McKenna, 1997).

2.2.1        Filosofi Dasar Sains Keperawatan
Filosofi ilmu keperawatan membantu dalam mengartikan ilmu melalui pemahaman dan pengujian dalam konsep, teori, hukum dan tujuan keperawatan dan hubungannya dengan praktek keperawatan. Hal ini untuk memahami kebenaran, menjelaskan keperawatan, menguji sebab akibat, untuk mengkritisi hubungan dari teori-teori dan sistem keilmuan dan untuk mencari secara luas dan terbatas (Mcewen & Wills, 2007).
2.2.2        Paradigma Sains Keperawatan
Kuhn (1996) dalam Peterson & Bredow (2004) komponen dari paradigma suatu disiplin ilmu harus memiliki karakteristik antara lain:
a)        Symbolic Generalizations; pedoman yang diakui menggunakan bahasa yang dapat dipahami oleh komunitas ilmiah.
b)        Shared commitments to belief in particular models; memberikan komitmen dan serta nilai- nilai menggunakan teori yang dimiliki suatu disiplin ilmu; menemukan metode dan termotivasi untuk menciptakan teori serta membuktikan kebenaran teori tersebut.
c)        Value, memberikan sesuatu yang signifikan terhadap komunitas ilmiah yang signifikan.
d)       Exemplars; memiliki kajian khusus / permasalahan khusus yang harus diberikan solusi dengan metode yang jelas dan rasional.

Paradigma keperawatan mencakup empat sistem yang saling terkait :
a)      Manusia (person)
Manusia merupakan sebuah sistem terbuka yang selalu berinteraksi dengan lingkungan eksternalnya yang selalu berusaha mencapai keadaan homeostatis. Manusia juga dipandang sebagai makhluk biopsikososiokultural spiritual yang utuh, unik, mandiri, dinamis, rasional dan memiliki kemampuan beradaptasi guna memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga bertahan hidup dan berkembang (Kozier,  Erb, Berman &Snyder, 2004).
Manusia membuat keputusan yang rasional dan berupaya menolong dirinya sendiri dan orang lain dengan bertindak mandiri untuk memenuhi kebutuhannya melalui belajar, menggali serta menggerakkan semua sumber yang tersedia dan terjangkau untuk mencapai keadaan sehat dan sejahtera secara optimal. Manusia melalui interaksi dengan lingkungan di sepanjang siklus kehidupannya sehingga terbentuk pola tumbuh kembang yang unik, pola pikir, keyakinan, nilai dan budaya yang menuntun manusia untuk berperilaku. Sehinnga konsep manusia dalam paradigma keperawatan sebagai sistem terbuka, sistem adaptif, mandiri dan berinteraksi satu dengan yang lainnya secaraholistik (Kozier,  Erb, Berman &Snyder, 2004).
b)     Lingkungan
Konsep lingkungan dalam paradigma keperawatan difokuskan pada lingkungan eksternal yang meliputi lingkungan fisik, psikologis, sosial, budaya dan  spiritual. Faktor internal manusia seperti: faktor genetik, struktur anatomis, fisiologis, psikologis, nilai, keyakinan berpotensial mempengaruhi perubahan sistem pada manusia. Faktor eksternal manusia yang terdiri dari: keadaan fisik, demografis, ekologis, hubungan interpersonal dan nilai sosial budaya dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari juga berpotensial mempengaruhi perubahan pada sistem manusia termasuk kesehatan didalamnya (Kozier,  Erb, Berman &Snyder, 2004).
c)      Kesehatan
Sehat menurut WHO (1947) adalah keadaan utuh secara fisik, jasmani, mental dan tidak hanya terbebas dari kecacatan dan kelemahan. Sehat dipandang sebagai suatu keadaan seimbang biopsikososiospiritual dan bersifat dinamis dengan berbagai faktor yang mempengaruhinya sehingga dapat berfungsi optimal dalam menjalankan perannya dalam keluarga, kelompok dan komunitas (Kozier,  Erb, Berman &Snyder, 2004).
Sehat meliputi berbagai tingkat, individu, keluarga, komunitas dan masyarakat. Status kesehatan seseorang terletak dalam rentang sehat - sakit. Pola rentang sehat sakit tersebut bersifat dinamis.Status sehat dikatakan optimal jika individu dapat meningkatkan potensi yang dimilikinya guna mencapai keadaan yang sejahtera secara biopsikososiokultural dan spiritual. Apabila individu berada dalam area sehat, maka dilakukan upaya pencegahan primer (Kozier,  Erb, Berman &Snyder, 2004).
d)     Keperawatan
Merupakan suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan biopsikososiokultural-spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan komunitas, baik sakit maupun sehat serta mencakup seluruh siklus hidup manusia. Keperawatan berupa bantuan yang diberikan karena adanya kelemahan fisik dan atau mental, keterbatasan pengetahuan serta kurangnya kemauan melaksanakan kegiatan sehari-hari secara mandiri. Bantuan juga ditujukan kepada penyediaan pelayanan kesehatan utama dalam upaya mengadakan perbaikan sistem pelayanan kesehatan sehingga memungkinkan setiap orang mencapai hidup sehat dan produktif (Kozier,  Erb, Berman &Snyder, 2004).
2.3       Paradigma Keperawatan Menurut Beberapa Ahli
Alligood (2010) memaparkan kajian dari beberapa paradigma keperawatan menurut ahli di bidangnya antara lain:
2.3.1        Florence Nigthingale
a)         Lingkungan
Diartikan sebagai  sesuatu yang dapat dimanipulasi guna menempatkan pasien pada kondisi yang optima yang terdiri dari dua komponen yaitu fisik dan psikologis. Lingkungan fisik meliputi kecukupan udara yang bersih, cahaya, kehangatan, kebersihan, ketenangan, kecukupan diet dan komponen psikologis meliputi stimulasi pikiran pasien, menghindari memberikan harapan yang tidak realistis terhadap pasien (manusia).
b)        Manusia
Diartikan sebagai  penerima perawatan, bersifat dinamis serta kompleks yang meliputi komponen fisik, intelektual, emosional, sosial dan spiritual.
c)         Kesehatan
Nigthingale mengatakan  “ kesehatan tidak hanya menjadi baik-baik saja tetapi dapat menggunakan  mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki.
d)        Keperawatan
Panggialan spiritual dimana perawat membantu pasien memfasilitasi proses penyembuhan. Nigthingale juga menyatakan keperawatan sebagai ilmu manajemen lingkungan. Perawat menggunakan pancaindera, teliti serta rasional dalam memberikan perawatan yang efektif terhadap pasien.

2.3.2        Sister Callista Roy
Merupakan pencetus  konsep model adaptasi. Callista Roy memandang keperawatan sebagai sebagai berikut :
a)        Keperawatan
Mendefinisikan keperawatan sebagai profesi di bidang kesehatan yang berfokus pada proses dan pola  hidup manusia serta memberikan promosi kesehatan secara menyeluruh pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Perawat memfasilitasi kemampuan beradapatasi dari individu, keluarga, kelompok dan komunitas dan meningkatkan kesiapannya dalam berinteraksi dengan lingkungan sehingga diperoleh sehat yang optimal, kualitas hidup, atau menghadapi kematian dengan bijak.
b)        Manusia
Merupakan sistem holistik dan adaptif. Manusia sebagai seseorang yang dapat dipandang sebagai individu, berada dalam keluarga, kelompok maupun masyarakat yang selalu berinteraksi dengan lingkungan.
c)        Kesehatan
Mendefinisikan sehat adalah keadaan dimana seseorang dapat terintegrasi secara menyeluruh dengan lingkungan. Hal ini mencerminkan kemampuan adaptasi seseorang terhadap lingkungannya. Adapatasi merupakan proses penyesuaian fisik, psikologis, dan sosial dan integritasnya mampu mempertahankan manusia sebagai satu kesatuan yang utuh.
d)       Lingkungan
Segala yang ada di sekitar manusia yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilakunya secara individual maupun kelompok.

2.3.3        Dorothy Johnson
Menitik beratkan kepada integritas prilaku, sistem stabilitas, penyesuaian dan adaptasi, efisien dan efektifitas terhadap fungsi dari satu sistem. Seperti yang dijabarka sebagai berikut :

a)        Keperawatan
Bertujuan mengembalikan, memelihara dan meningkatkan fungsi keseimbangan dan stabilitas sistem perilaku manusia  dengan optimal. Keperawatan merupakan pendorong eksternal agar dapat memelihara perilaku manusia yang integratif dan terorganisir secara optimal, membantu pasien ketika mengalami stress atau terjadi ketidakseimbangan sistem perilaku.

b)        Manusia
Mengartikan  manusia sebagai sistem perilaku yang memiliki pola, berulang dan memiliki tujuan dalam interaksinya dengan lingkungan.
c)        Kesehatan
Guna mendefinisikan sehat sulit untuk dipahami, sesuatu yang dipengaruhi oleh faktor biopsiko dan sosial. Sehat menggambarkan keseimbangan organisasi, integrasi, interaksi antara subsistem dari sistem perilaku manusia.
d)       Lingkungan
Terdiri dari seluruh faktor kecuali sistem perilaku manusia yang mempengaruhi sistem itu sendiri.  
       Selain dari beberapa tokoh juga masih banyak beberapa ahli yang memiliki pandangan yang unik mengenai paradigma keperawatan seperti Betty Neuman, Imogene M. King, Martha E. Rogers, Dorothea orem, Myra Estrin Levin dan sebagainya.

2.4         Falsafah Sains Keperawatan
Alligood  (2005) menjelaskan  filosofi merupakan teoritis beberapa kegiatan yang menunjukan satu atau lebih konsep-konsep metaparadigma dan sebuah filosofi alamiah. Beberapa filsuf  meyakini nilai-nilai akan keyakinan yang mengusulkan ide-ide general tentang apa itu keperawatan, apa perhatian dan fokus keperawatan dan bagaimana pfofesi keperawatan menunjukan kewajiban moral kepada masyarakat.
Kerangka kerja yang harus dimiliki oleh seoarang perawat dimana filosofi keperawatan sebagai pedoman untuk berpikir, mengambil keputusan dan bertindak bahkan sebagai  prilaku, sikap dan tingkah laku dalam melaksanakan praktek keperawatan profesional pada klien dalam rentang sehat – sakit dengan konsep yang mendasari diantaranya adalah manusia, kesehatan, lingkungan dan perawat
Falsafah keperawatan memandang manusia sebagai makhluk yang holistik (bio-psiko-sosial-spiritual), rasional dan bertanggung jawab; manusia berinteraksi dengan lingkungan secara ritmik dan terus menerus; perubahan perilaku dapat terjadi sebagai akibat multifaktor pada manusia atau lingkungan; pengembangan ilmu pengetahuan (keperawatan) berfokus pada fenomena obektif dan pengalaman subjektif (Fawcett, 2005).

2.5 Falsafah Keperawatan Menurut Beberapa Ahli
The Most important lesson that can be given to nurse is to teach them what to observe-how to observe-what symtoms indicate improvement – what the reverse – what are of importance-which are of none – what are evidence of neglet-and of what kind of neglet”(Nightingale, 1969, p. 105).
Falsafah adalah pengetahuan yang menguraikan logika, etika, estetika, metafisika, dan epistemologi. Falsafah juga merupakan kajian tentang penyebab dan hukum-hukum yang mendasari realitas, serta keingin-tahuan tentang gambaran sesuatu yang lebih berdasarkan pada alasan logis daripada metoda empiris.
Beberapa falsafah keperawatan dijelaskan oleh beberapa ahli di bidangnya antara lain:
a.              Falsafah keperawatan menurut Florence Nightingale (Nightingale’s Philosophy of Nursing).
Nightingale (1946) memberikan jawaban akan pertanyaan “Apakah itu keperawatan?” yang membedakan dengan pembantu rumah tangga di jamannya, serta kedokteran. Nightingale memberikan pandangan yang unik tentang keperawatan yaitu  dalam menjalankan tugasnya, keperawatan pada berfokus hubungan antara pasien (manusia) dengan lingkungannnya. Nightingale mengidentifikasi bahwa udara bersih, air bersih, drainase yang efisien, kebersihan dan pencahayaan yang memadai serta manajemen kebisingan, diet, istirahat dan tanggungjawab perawat untuk melindungi pasiennya.
b.             Falsafah keperawatan menurut Watson (Watson’s Philosophy of Nursing).
Watson memberikan gambaran pendekatan praktik keperawatan yang unik yaitu menggunakan “human caring concept” dalam melaksanakan pekerjaannya. Watson juga memperkenalkan konsep “human-human relationship” dan 10 panduan untuk sebagai pedoman perawat.
c.              Falsafah keperawatan menurut Benner (Benner’s Philosophy of Nursing).
Benner menitikberatkan bagaimana ilmu pengetahuan mendasari praktik keperawatan dan bagaimana ilmu keperawatan itu berkembang terus menerus.   (Tomey & Alligood, 2010)
Tujuan dari adanya falsafah adalah untuk menyajikan suatu gambaran pengetahuan ilmiah yang diformalisasikan, termasuk didalamnya adalah suatu aplikasi prinsip logis untuk mempertanyakan tentang gambaran ilmiah. Hal ini karena logika memberikan prinsip utama hubungan antar pernyataan ilmiah. Dengan memeriksa hubungan-hubungan ini, landasan pengetahuan ditujukan untuk menghasilkan kebutuhan logis yang sistematik untuk semua pengetahuan ilmiah. Falsafah keilmuan harus menunjukkan bagaimana pengetahuan ilmiah sebenarnya dapat diaplikasikan yang kemudian menghasilkan pengetahuan tentang alam semesta.
Keperawatan merupakan profesi yang mengidentifikasi dirinya sebagai profesi yang humanistik, dan memberikan perhatian besar pada falsafah dasar yang berfokus pada individulitas dan keyakinan bahwa kegiatan manusia merupakan sesuatu yang dapat dilakukan secara bebas. Pilihan seseorang merupakan hak menentukan keinginan diri sebagai individu yang aktif.
Berdasarkan keyakinan ini, seyogyanya perawat mampu mengeliminir respon negatif dan meningkatkan respon positif, serta memberdayakan kemampuan bersosialisasi dan beradaptasi dari seorang individu agar tetap dapat melangsungkan kehidupannya ditengah-tengah periode sakit atau ketika sehat. Perawat juga merupakan advokat untuk membantu mempertahankan hak-hak individu yaitu klien yang menjadi tanggung jawabnya. Perawat tidak membantu mewakili klien untuk menentukan pilihan akan tetapi mendidik klien bagaimana menentukan pilihan dan mendukungnya ketika klien telah menentukan pilihannya. Hal ini untuk menjamin bahwa hak  menentukan diri sendiri dari k1ien dapat dipertahankan dan memberi kesempatan pada k1ien untuk terlibat atau tidak  terlibat dalam merancang program perawatan kesehatannya.

2.6     Pengembangan Sains Keperawatan
Keperawatan telah berkembang dari suatu pekerjaan sederhana yang berorientasi pada tugas semata (task oriented), menjadi suatu profesi yang memiliki landasan ilmiah untuk bertindak, menggunakan keterampilan berfikir kritis dan menerapkan perilaku “caring”. Asuhan Keperawatan lebih berfokus pada respons klien terhadap penyakitnya.
Tercatat tahun 1899, asal usul pendidikan master dalam keperawatan dimulai pada saat Kampus Keguruan di New York memulai program tamatan keperawatan manajemen dan pendidikan. Walaupun demikian, pendidikan master keperawatan tidak terlalu dikenal secara luas sampai akhir tahun 1950an dan awal 1960an.
Creasia J,L & Parker B. J (2007) menjelaskan selama pembentukan sarjana muda dan kolegium disetujui, program master telah masuk kedalam beberapa universitas. Kebutuhan fakultas keperawatan untuk memberi pendidikan kepada semua program pendidikan keperawatan yang baru dan berkembang semakin nyata. Ketertarikan ke dalam persiapan perawat master juga meningkat dengan sangat jelas seiring diperlukannya tenaga ahli seperti perawat spesialis, perawat praktisi, dan perawat pemimpin.
Program master dalam keperawatan adalah tipikal pendidikan yang ditempuh selama 1 – 2 tahun penuh dan dibentuk atas dasar pendidikan keperawatan yang berjenjang. Program ini terdiri dari satu set level lulusan bimbingan yang mendasar, termasuk kompenen penelitian dan bimbingan spesialisasi klinis. Inti program lain yang direkomendasikan terdiri dari teori dasar dalam keperawatan, keberagaman kemanusiaan dan kejadian-kejadian sosial, etik, promosi kesehatan, sistem penyampaian pelayanan kesehatan, kebijakan kesehatan, peran perkembangan profesional. Untuk jalur spesialisasi guna mempersiapkan praktisi keperawatan yang terdepan, diberikan tambahan pelatihan klinis inti yang terdiri dari pembelajaran patofisiologi terkini, farmakologi, dan pemeriksaan kesehatan dan fisikal terkini (AACN, 1996).
Program master keperawatan telah melalui berbagai pengalaman yang fenomenal selama beberapa dekade. Pada tahun 1983, terdapat sebanyak 86 program serupa. Tahun 1983 angka tersebut meningkat menjadi 154 dan pada tahun 2004 menjadi 417 (AACN, 2005). Selama akhir tahun 1980an dan  awal 1990an, pendaftaran untuk program master keperawatan meningkat secara cepat sebagai efek dari permintaan praktisi keperawatan terkini yang tersebar luar, sedikitnya yang ditolak sebesar 1,9% yang telah dibuktikan pada tahun 1999 (AACN, 2000). Penolakan pendaftaran  sebelumnya juga terjadi pada awal tahun 2000an dan pendaftaran program master telah meningkat yang rata-ratanya berjumlah 1465 mahasiswa pertahun dari tahun 2000 sampai tahun 2004 dalam kurang lebih 303 sekolah dari data yang telah tersedia (AACN, 2005). Program master keperawatan telah diselenggarakan di semua provinsi dan wilayah Amerika Serikat.
Pendaftaran program Master meningkat 5 tahun terakhir. Tahun 2004 meningkat sebesar 13,7 % setara dengan 42.751. Saat ini, terdapat sekitar 400 institusi pada program Master Keperawatan di USA dengan area spesialisasi yang berbeda: Administrasi, Manajemen Informasi, dan salah satu pendidikan spesialis dari 4 pendidikan spesialis yg ada : Perawat praktisi, perawat maternitas, perawat spesialis klinis  dan perawat anastesi. Sebagian besar lulusan master mengikuti ujian sertifikasi pada area spesialisasinya dan pada kelompok praktik tingkat lanjut.
Di Indonesia,  pendidikan keperawatan yang ada pada jenjang pendidikan tinggi adalah pendidikan Diploma III Keperawatan yang bersifat vokasi, pendidikan Ners, Magister Keperawatan, Ners Spesialis dan Doktor Keperawatan.
Pendidikan Diploma Tiga Keperawatan adalah pendidikan vokasi yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi keperawatan untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi sebagai pelaksana asuhan keperawatan.
Program Pendidikan Ners adalah program pendidikan akademik profesi yang bertujuan menghasilkan Ners yang memiliki kemampuan sebagai perawat profesional jenjang pertama (first professional degree).
Program magister keperawatan adalah program pendidikan akademik yang bertujuan menghasilkan magister yang memiliki kemampuan :
(1)           Mengembangkan dan memutakhirkan IPTEKS dengan cara menguasai dan memahami, pendekatan, metode, kaidah ilmiah disertai keterampilan penerapannya, memecahkan permasalahan di bidang keperawatan melalui kegiatan penelitian dan pengembangan berdasarkan kaidah ilmiah, dan
(2)           Mengembangkan kinerja profesionalnya yang ditunjukkan dengan ketajaman analisis permasalahan, keserbacakupan tinjauan, kepaduan pemecahan masalah atau profesi yang serupa.
Program Spesialis keperawatan diarahkan pada hasil lulusan yang memiliki kemampuan
(1)          Mengembangkan dan memutakhirkan ipteks dengan cara menguasai dan memahami, pendekatan, metode, kaidah ilmiah disertai keterampilan penerapannya,
(2)          Memecahkan permasalahan di bidang keperawatan melalui kegiatan penelitian dan pengembangan berdasarkan kaidah ilmiah, dan
(3)          Mengembangkan kinerja profesionalnya yang ditunjukkan dengan ketajaman analisis permasalahan, keserbacakupan tinjauan, kepaduan pemecahan masalah atau profesi yang serupa.
Program Doktor Keperawatan diarahkan pada hasil lulusan yang memiliki kemampuan sebagai berikut :
(1)          Mengembangkan konsep ilmu, teknologi /atau kesenian baru di dalam bidang keahlianya melalui penelitian,
(2)          Mengelola, memimpin dan mengembangkan program penelitian
(3)          Pendekatan interdisipliner dalam berkarya dibidang keperawatan.









BAB III
PEMBAHASAN

3.1         Keperawatan sebagai Ilmu
Ilmu dapat diartikan sebagai pengetahuan yang memiliki metode  sistematis dalam menerangkan gejala-gejala tertentu dengan tujuan memperoleh pemahaman dalam penerapannya. Terkait dengan keperawatan, pada awalnya praktik keperawatan didasari oleh keterampilan yang bersifat intuitif. Namun, saat ini keperawatan dapat disebut sebagai suatu sains / ilmu yang merupakan sains terapan (applied scince) yang menggunakan pengetahuan, konsep dan prinsip-prinsip dari berbagai kelompok ilmu, khususnya  ilmu perilaku, sosial, fisika, biomedik, dan lain-lain.
Ilmu keperawatan juga mempelajari pengetahuan inti yang menunjang praktek keperawatan yaitu, fisiologi manusia yang berkaitan dengan sehat dan sakit serta pokok bahasan pemberian asuhan keperawatan secara langsung kepada pasien untuk menunjang kesehatan dan proses penyembuhan serta membantu kemandirian (Asmadi, 2008).
Sains keperawatan memiliki karakteristik tersendiri yang membedakan dengan ilmu di bidang lain. Selain itu sains keperawatan memiliki falsafah dan paradigma keperawatan yang mendasari berbagai aspek untuk meningkatkan pelayanan keperawatan profesional di bidang pendidikan, pelayanan / praktek, riset keperawatan.
Text Box: 17 Ada beberapa syarat ilmiah sehingga keperawatan dapat dikatakan sebagai ilmu antara lain objektif, metodis, sistematis, dan universal. Syarat ilmu ini pada penerapan proses keperawatan melalui suatu kajian dengan menelaah fenomena yang terjadi, menemukan metode dan termotivasi untuk menciptakan teori serta membuktikan kebenaran teori tersebut. Dalam menciptakan teori merujuk pada metode ilmiah yang terurai secara teratur dan logis dengan kebenaran yang dihasilkan bersifat umum. Berdasarkan syarat ilmiah ini, keperawatan telah menciptakan dan menerapkan teori serta model konseptual keperawatan antara lain teori adaptasi, teori caring, teori berduka, teori kemampuan merawat diri, teori lintas budaya, teori promosi kesehatan dll. Teori tersebut digunakan sebagai pendekatan dalam  mengatasi respon  manusia mulai dari  sistem sel sampai pada fungsi organ tubuh yang memungkinkan timbulnya berbagai respon baik fisik, psikologis, sosial, spiritual, dan kultural.
   Ilmu keperawatan yang semakin berkembang dengan teori dan model konseptual yang semakin beragam secara aplikatif menjadi dasar dalam memperbaiki dan meningkatkan pelayanan keperawatan terutama mampu mendorong pembangunan kesehatan nasional ke arah paradigma baru, yaitu paradigma sehat.
Lokakarya Nasional Keperawatan pada tahun 1983 menetapkan Keperawatan sebagai profesi dan pengembangan keperawatan diarahkan kepada pemenuhan kriteria profesi antara lain :
1.        Memiliki body of knowledge , yaitu pengetahuan.
2.        Pendidikan khusus berbasis keahlian dengan sistem pendidikan tinggi keperawatan (nursing higer education system) yang terintegrasi dengan sistem pendidikan tinggi nasional.
3.        Memberikan pelayanan praktik keperawatan ilmiah (scientific nursing practice) dalam bidang keprofesian.
4.        Memiliki perhimpunan yang kokoh.
5.        Memberlakukan kode etik profesi (code of ethics).
6.        Memiliki motivasi yang bersifat altruistik.
Peningkatan kebutuhan masyarakat terhadap layanan kesehatan yang berkualitas tentunya membutuhkan dukungan sumber daya manusia bidang keperawatan yang profesional. Tenaga keperawatan yang profesional (perawat profesional atau sekarang disebut Ners) hanya bisa dilahirkan dari suatu sistem pendidikan profesi dimana seorang perawat disamping telah menyelesaikan pendidikan tahap akademik (sarjana/bachelor), pada saat yang sama ia terus melanjutkan pendidikan ke tahapan pendidikan profesi. Saat ini belum ada data yang menggambarkan berapa jumlah Ners di Indonesia yang tersebar di berbagai pusat pelayanan kesehatan di Indonesia.

3.2     Peran Pendidikan Keperawatan Berkelanjutan (Master Keperawatan)
Cowen P. S & Moorhead S. (2001) menjelaskan pendidikan keperawatan harus mampu memecahkan masalah yang kompleks dalam pemenuhan kebutuhan individu dan masyarakat. ICN (International Council of Nurses ) dan STTI (Sigma Theta Tau International) menjelaskan adanya tantangan global yang berpengaruh pada pelayanan keperawatan dan profesi perawat. Tantangan terbesar tersebut meliputi bagaimana mengurangi tingkat kemiskinan, merawat para pengungsi dan masyarakat migran, mencegah tindak kekerasan, pendidikan kesehatan dan bagaimana memecahkan masalah kesehatan wanita dan anak-anak serta pencegahan penyakit menular.
Para pemimpin / leader keperawatan berhasil meningkatkan mutu pendidikan dan transisi pendidikan keperawatan dari program rumah sakit  ke program akademik. Sebagai hasil dari upaya perbaikan keperawatan, terdapat banyak jenjang keperawatan : diploma, asosiate degree, dan S1 dengan perbedaan lisensi sebagai RN. Program dengan persiapan memperoleh lisensi pendidikan keperawatan ditingkatkan ke tahap Master dan Doktor. Program Master secara umum memiliki lulusan spesialis keperawatan dan akan diterima jika memiliki ijazah S1. 
Semua level keperawatan mengharuskan untuk dapat meningkatkan kemampuan berfikir kritis. Konsep, komponen kritis, dan implikasinya dapat memperbaiki proses dan rancangan kurikulum. Di masa yang akan datang, perawat-perawat harus mampu meningkatkan body of knowledge dan penggunaan kemampuan berfikir kritis sebagai cara terbaik untuk mengaplikasikan pengetahuan dan kemampuan berfikir kritisnya dalam merawat pasien.
Kemampuan berfikir kritis juga diterapkan oleh lulusan Master Keperawatan dengan peran sebagai Clinical Nurse Specialist (CNS). Dahulu, CNS berfokus pada banyak hal, seperti pemberian asuhan secara langsung, pasien dan pendidikan staf, melakukan penelitian secara luas serta administrasi kesehatan.  National Association of Clinical Nurse Specialist (2003) menjelaskan CNS melakukan praktik secara konsisten memperbaiki kualitas, serta 3 komponen penting yaitu pasien, perawat dan anggota keperawatan serta organisasi / sistem sehingga saat ini CNS tidak dipersiapkan sebagai perawat administrative atau manajer administrative, tapi pemimpin dalam merancang, mengimplementasikan, dan mengevaluasi perawatan pasien. Mereka juga mendelagasikan dan melakukan supervisi pelayanan kesehatan yg lain ketika melakukan praktik berdasarkan perspektif evidence-based. Kalman M. (2008) menjelaskan CNS memiliki pengetahuan dan keterampilan kepemimpinan, kolaborasi, dan konsultasi.
Selain CNS, tamatan program Master dapat menjadi Clinical Nurse Leader (CNL) yang memiliki kemampuan kepemimpinan yang inovatif dalam semua lingkup pelayanan keperawatan. Pendidikan pada level master CNL harus memiliki pemahaman yang baik tentang dasar teori promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pengendalian resiko, dan konsep lanjut tentang penyakit dan manajemen penyakit, teknologi informasi, dan beragam perspektif global. CNL berfokus pada menyediakan dan mengatur perawatan pasien dari beragam aspek klinik, tidak hanya di rumah sakit.
Di Indonesia, pendidikan kesehatan mengalami perubahan yang sangat mendasar akibat :
a.         Meningkatnya kebutuhan akan pelayanan kesehatan yang bermutu terlepas dari status sosial ekonomi masyarakat.
b.        Arus globalisasi yang sangat deras sangat besar pengaruhnya terhadap pelayanan kesehatan.
c.         Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat.
   Hal ini menjadi dasar ditingkatkannya pendidikan keperawatan ke jenjang pendidikan dasar Ners generalis dalam menjalankan peran dan fungsi sebagai tenaga profesional yang memiliki kompetensi dan kewenangan profesi pada tingkat keperawatan umum. Jenjang pendidikan ini pola kurikulumnya terintegrasi antara tahap akademik dan tahap profesi yang tertuang dalam Undang Undang No. 20 tahun 2003 yaitu tentang pendidikan profesi setelah pendidikan sarjana. Pertimbangan utamanya adalah meningkatkan kualitas layanan yang diberikan pada klien dan masyarakat melalui kinerja Ners yang memperlihatkan penguasaan keilmuan dan pengetahuan keperawatan yang tinggi dan kemampuan kritikal dalam menetapkan tindakan dengan justifikasi ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan. Disamping itu, pola terintegrasi antara tahap akademik dan profesi ini diperlukan untuk mengakomodasi upaya pengembangan profesi keperawatan di Indonesia dan menyesuaikan dengan kondisi ketenagaan keperawatan di dunia internasional.
Ners Spesialis yang memiliki kompetensi sesuai bidang spesialisasinya memperkuat dan meningkatkan kualitas layanan keperawatan di bidang spesialisasi  melalui upaya mewujudkan praktik keperawatan berbasis bukti (evidence based nursing practice) yang terdiri dari :
a. Spesialis Keperawatan Medikal Bedah dengan beberapa area peminatan.
b. Spesialis Keperawatan Jiwa
c. Spesialis Keperawatan Maternitas
d. Spesialis Keperawatan Anak
e. Spesialis Keperawatan Komunitas.
Pendidikan spesialis tersebut di atas akan berkembang sesuai dengan kebutuhan masyarakat akan pelayanan keperawatan dan kebutuhan pengembangan ilmu. Ners Spesialis yang lainnya, adalah :
a.    Spesialis Keperawatan Kritis
b.    Spesialis Keperawatan Kardiovaskuler
c.    Spesialis Keperawatan Emergensi
d.   Spesialis Keperawatan Onkologi
e.    Spesialis Keperawatan Gerontik
f.     Spesialis Keperawatan Nefrologi
g.    Spesialis Keperawatan Neurologi.
Di samping jenis dan jenjang yang disebutkan di atas, diperlukan pendidikan berkelanjutan bagi para perawat. Jenis pendidikan berkelanjutan ini bertujuan untuk mempertahankan atau meningkatkan kemampuan teknis keperawatan. Beberapa contoh program pendidikan berkelanjutan ini seperti:
1) Keperawatan Kardiovaskular Dasar
2) Keperawatan Endoskopi
3) Keperawatan Dialisa
4) Keperawatan Kamar Bedah
5) Keperawatan Luka.
Di samping  jenis dan jenjang pada pendidikan profesi, maka jenis pendidikan Akademik pada jenjang pendidikan Magister Keperawatan juga akan tetap dikembangkan misalnya bidang Ilmu Keperawatan Dasar dan Dasar Keperawatan, Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan. Jenis pendidikan Akademik pada jenjang Doktor Keperawatan untuk meningkatkan pengembangan keilmuan keperawatan melalui berbagai penemuan inovatif dan memiliki tingkat originalitas tinggi serta meningkatkan budaya meneliti dan menghasilkan IPTEK baru untuk mendukung peningkatan praktik keperawatan berbasis bukti (evidence based nursing practice).
Ners spesialis memiliki pengetahuan yang mendalam serta keterampilan yang dibutuhkan dalam menigkatkan kualitas dan keamanan perawatan. Pasien yang sudah tua dan semakin lemah dengan penyakit kronis , perawatannya lebih kompleks dan membutuhkan dana besar. Konsumen lebih waspada dalam menerima pelayanan keperawatan. Dengan demikian pendidikan keperawatan harus semakin baik dan tentu saja pada semua pelayanan kesehatan professional.
Semua spesialisasi keperawatan dapat dipelajari oleh profesi perawat. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan serta ditemukannya evidence based practice, maka batang tubuh ilmu pengetahuan dan llmu keperawatan akan semakin luas cakupannya. Proses berkembangnya ilmu keperawatan dituntut adanya riset sehingga diharapkan perawat dapat melakukan penelitian.
Selain itu, dengan lingkup spesialisasi yang secara perlahan dikembangkan, maka perawat semakin mampu untuk membina sikap dan tingkah laku professional, belajar aktif mandiri, fokus pada asuhan keperawatan dengan peran preventif dan promotif tanpa melupakan peran kuratif dan rehabilitatif didukung dengan peningkatan sumber daya manusia di bidang keperawatan. Sehingga pada pelaksanaan pemberian asuhan keperawatan dapat terjadi pelayanan yang efisien, efektif, dan berkualitas.

BAB IV
PENUTUP

4.1     Kesimpulan
Berdasarkan uraian – uraian yang telah disampaikan dalam makaah ini, maka dapat ditarik kesimpulan yaitu :
4.1.1   Falsafah keperawatan atau filosofi keperawatan menjadi landasan bagi perawat dalam menjalankan profesinya.
4.1.2   Paradigma keperawatan terdiri dari empat unsur yaitu keperawatan, manusia, lingkungan serta kesehatan.
4.1.3   Sains keperawatan memiliki falsafah dan paradigma keperawatan yang mendasari berbagai aspek untuk meningkatkan pelayanan keperawatan profesional di bidang pendidikan, pelayanan / praktek, riset keperawatan.
4.1.4   Adanya keterkaitan antara sains keperawatan dengan pendidikan, pelayanan serta riset keperawatan yang mana sains keperawatan diterapkan di tatanan pendidikan, diaplikasikan dalam dunia pelayanan serta dibuktikan melalui riset keperawatan.

4.2         Saran
Hendaknya setiap perawat memiliki pengetahuan yang mendalam tentang konsep sains keperawatan untuk bisa memaksimalkan pemberian asuhan keperawatan secara professional.



Text Box: 23

DAFTAR PUSTAKA
 

Alligood, Martha, R., Tomey, Ann, M. (2010). Nursing Theorist and Their Works, Seventh Edition. St. Louis.  Missouri: Mosby Elsivier.
Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. EGC. Jakarta.
Cowen, S. & Moorhead, S. (2001). Current Issues in Nursing, Seventh Edition. St. Louis,Missouri: Mosby    Elsivier.
Creasia, J.L., & Parker, B.J. (2007). Conceptual Foundations The Bridge to Professional Nursing Practice, Fourth Edition St. Louis. Missouri: Mosby Elsivier.
DeLaune, Sue C., Ladner, K. Patrcia. (2002). Fundamental of Nursing: Standard and Practice 2nd Edition. Delmar: New York
Draft Naskah Akademik Sistem Pendidikan Keperawatan di Indonesia. (2012). Diperoleh dari http://www.hpeq.dikti.go.id/
Fawcett, J. (2005). Contemporary Nursing Knowledge.Analysis and Evaluation of Nursing Models and Theoris.Second Edition. F.A Davis. Philadelpia.
Kalman, M. (2008). The Clinical Nurse Specialist Role : Could it be for you ?. American Journal of Nursing, Vol 108.
Nyatanga. L. (1991). Nursing and The Philosophy of Science, Nurse Educational Today , Pub Med-NCBI.



 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar